PTK UNTUK IPS
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
KATA PENGANTAR
Puji syukur allhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis ini.
Penulisan Karya Tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam Kenaikan Pangkat ke Golongan IV/b. Dalam penulisan ini, penulis mengambil judul :“Implementasi Metoda Belajar Kelompok Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri Sukamukti I Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka”
Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penulisan Karya Tulis ini. Maka dari itu kepada pembaca diharapkan untuk memberi sumbang saran maupun kritik yang bersifat membangun kearah perbaikan.
Juga pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan guru yang telah membantu sampai selesainya Karya Tulis ini dan semua pihak yang tidak sempat penulis sebut namanya satu persatu atas segala bantuannya dalam penulisan Karya Tulis ini.
Penulis berharap semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda kepada mereka yang telah membantu.. Akhir kata penulis mengharapkan kepada yang membaca agar bersedia memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan dan peningkatan mutu Karya Tulis ini serta mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin Yarobal Alamin.
Sukamukti, Januari 2008
Penulis,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................ .... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
E. Definisi Operasional........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian IPS di Sekolah Dasar........................................................ 7
B. Pengertian Belajar Secara Berkelompok ............................................ 9
C. Pembelajaran IPS Melalui Metoda Belajar Secara Berkelompok .... 11
D. Evaluasi Pembelajaran IPS Model Belajar Secara Berkelompok...... 13
E. Cara Belajar Siswa Aktif dalam kegiatan Belajar Mengajar............. 14
F. Pokok Bahasan Globalisasi............................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian .............................................................................. 20
B. Alasan Penggunaan penelitian Tindakan Kelas................................ 21
C. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................ 22
D. Alur Penelitian ................................................................................. 23
1. Observasi Awal.......................................................................... 23
2. Identifikasi Masalah.................................................................. 24
3. Membuat Rencana Tindakan..................................................... 24
4. Menyusun Instrumen dan Validasi............................................ 28
5. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan.................................... 33
6. Refleksi...................................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum.............................................................................. 34
B. Perencanaan Tindakan ..................................................................... 36
C. Pelaksanaan Tindakan ...................................................................... 37
D. Hasil Penelitian ................................................................................ 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 50
B. Saran ................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Instrumen Observasi Aktivitas Belajar siswa pada pelaksanaan Tindakan 33
Tabel 2 Prosentasi Hasil Kerja Kelompok Dalam Mengerjakan LKS Pada Tindakan I 39
Tabel 3 Prosentasi Hasil Kerja Kelompok Dalam Mengerjakan LKS Pada Tindakan II 42
Tabel 4 Prosentasi Jawaban Siswa Terhadap Daftar Cek Pada Siklus I dan Siklus II 44
Tabel 5 Prosentasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II............... 47
Tabel 6 Prosentasi Perolehan Nilai Hasi1 Belajar Pada Siklus I dan siklus II...... 48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta wawasan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan mas dunia di masa lampau dan masa kini. Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengambil akan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini, sehingga siswa memilki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta kepada tanah air (GBPP Kurikulum Pendidikan Dasar, 1999).
Pencapaian fungsi dan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah menjadi penting untuk dapat dilaksankan oleh guru dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran fungsi dan tujuan tadi sebagaimana dijelaskan dalam GBPP IPS Sekolah Dasar Tahun 1999 sebagai berikut :
Bahan kajian IPS SD diorganisasikan mulai dari bagian pelajaran yang dekat dan sederhana di sekitar anak ke yang lebih luas dan kompleks.... Tujuan merupakan tolak ukur pengalaman belajar yang harus dicapai oleh siswa setelah mempelajari satu atau beberapa pokok bahasan....... Dalam pelaksanaan kegiatan Belajar mengajar (KBM) guru baik secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan), dansosial serta sesuai dengan tingkat perkembangan Sekolah Dasar (h. 122-123)
Akan tetapi karena bahan belajar IPS yang cakupannya beragam dan luas serta tuntutan kurikulum yang sarat dengan muatan yang harus disampaikan kepada siswa dengan lokasi waktu yang terbatas, guru mengalami kesulitan dalam menyajikan bahan ajar IPS dengan baik, menarik, dan menantang minat belajar siswa, pada akhirnya pembelajaran IPS yang dilaksanakan di Kelas VI SD Negeri Sukamukti I adalah dengan melakukan pembelajaran untuk dapat mengejar target.
Tuntutan kurikulum dengan mengandalkan bahan belajar dari buku sumber IPS Kelas VI yang tersedia. Metode mengajar yang selama ini dirasakan kurang cocok untuk menyampaikan materi ceramah sehingga upaya untuk dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS masih kurang.
Perhatian orang tua siswa terhadap sekolah khususnya orang tua siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I dirasakan kurang. Akibat kurang perhatian orang tua siswa ini ditunjukan dengan banyaknya siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah" (PR) dari mata pelajaran yang ada, lebih-lebih terhadap mata pelajaran IPS yang memang "budaya belajar" siswa terhadap mata pelajaran ini sangat rendah. "Sering terdengar pengajaran IPS merupakan pelajaran yang kurang populer dl kalangan anak-anak" (Djoko Suradisastra, 1993:63). Kekurang populeran pelajaran IPS di kalangan siswa antara lain disebabkan (1) hampir sebagian besar orang tua lebih mementingkan baca, tulis dan hitung saja sementara mata pelajaran IPS dianggap mata pelajaran kelas dua sehingga mau tidak mau sikap orang tua seperti ini akan mempengaruhi pelajaran minat siswa terhadap mata pelajaran ini., (2) sifat dari mata pelajaran baca, tulis dan hitung lebih bersifat tegas dan pasti sementara mata pelajaran IPS tidaklah demikian, (3) banyak bahan pelajarannya telah diketahui oleh para siswa di luar buku pelajaran.
Sementara itu alat tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap mata-mata pelajaran yang diajarkan sering kali hanya mengukur kemampuan pengetahuan siswa. Demikian pula mata pelajarm IPS alat tes yang digunakan hanya melulu menekankan kepada kemampuan siswa sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas VI SD Negeri Genteng I yang dilakukan oleh guru berusaha untuk membekali siswa-siswanya dengan bekal pengetahuan yang berupaya untuk bisa menjawab soal tes.
Dengan permasalahan yang digambarkan di atas, salah satu metode belajar mengajar yang dianggap dapat melibatkan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar IPS di antaranya adalah metode belajar secara berkelompok. Sebab dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar IPS akan dirasakan berkesan dan bermakna sekaligus dapat mendorong siswa belajar lebih lanjut, melalui belajar secara berkelompok siswa dapat belajar untuk lebih kreatif dalam memecahkan masalah secara bergotong royong bahu membahu dalam mencapai tujuan.
Kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok dipandang sebagai pengalaman belajar yang mengarahkan siswa kepada prestasi siswa yang tinggi. Lingkungan belajar dengan interaksi yang multi proses akan sangat potensial untuk dapat membimbing siswa dalam pengembangannya. Namun demikian, dalam situasi pembelajaran bentuk apapun, pengembangan kemampuan siswa akan bisa terkembangkan apabila guru meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru harus menjadi mediator dan fasilitator yang baik sehingga proses pembelajaran yang sudah dirancang akan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, dalam belajar secara berkelompok siswa diarahkan agar mengembangkan sika-sikap untuk pencapaian akademik yang tinggi, pemahaman yang mendalam terhadap materi yang dipelajari, bahwa belajar itu menyenangkan. pengembangan keterampilan kepemimpinan, mendorong sikap-sikap yang positif. mendorong kepercayaan diri, pengembangan rasa memiliki, dan mendorong saling menghargai satu sama lain.
Dalam Penelitian tindakan kelas ini akan dicoba diterapkan metoda belajar secara berkelompok dalam kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas VI SD Negeri Genteng I melalui tindakan-tindakan pembelajaran yang terlebih dahulu dirancang sebelum melakukan tindakan tersebut.
B. Rumusan Masalah.
Masalah penelitian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan metode belajar secara berkelompok dalam melibatkan siswa dengan kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas VI SD Negeri Genteng I membantu melakukan kegiatan, nunusan masalahnya diperinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah siswa memilih atau menentukan teman dalam membentuk kelompok belajarnya ?
2. Keterampilan-keterampilan apa sajakab yang dikembangkan ketika siswa belajar bersama dalam kelompoknya ?
3. Bagaimanakah metode belajar secara berkelompok dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri Genteng I ?
4. Apakah metode belajar secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri Genteng I.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang metoda belajar secara berkelompok dalam upaya untuk melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS yang diusahakan dan diciptakan guru. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang bagaimana siswa memilih atau menentukan teman dalam membentuk kelompok belajarnya;
2. untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang keterampilan-keterampilan apa saja yang dikembangkan ketika siswa belajar bersama dalam kelompoknya;
3. untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang sejauh mana metoda belajar secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri Sukamukti I;
4. untuk memenuhi salah satu syarat dalam usulan Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Guru dari Golongan IVa ke golongan IVb.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan dan memiliki manfaat dalam meningkatkan proses belajar mengajar mata pelajaran IPS antara lain sebagai berikut :
1. Menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar IPS di Sekolah Dasar yang diselenggarakan khususnya bagi guru.
2. Untuk memberikan pengalaman kepada siswa bahwa belajar IPS itu tidak membosankan tetapi menyenangkan sehingga tumbuh minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS.
3. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan masukan yang positif bagi sekolah sehingga sekolah dapat meningkatkan mutu lulusannya.
4. Dapat memberikan masukan dalam upaya untuk mengaktifkan pembinaan dan pengelolaan pembelajaran IPS dalam pelaksanaan pendidikan di Sekolah Dasar
"Melalui metoda belajar secara berkelompok siswa difasilitasi dan didorong untuk belajar secara aktif dalam kelompok sehingga siswa akan terlibat secara aktif dengan kegiatan belajar mengajar IPS".
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini karena itu, penulis akan mendefinisikan secara operasional istilah-istilah tersebut sebagai berikut : Penerapan adalah "hal (perbuatan dan sebagainya) mempergunakan sesuatu". Berdasarkan penjelasan ini, yang dimaksud dengan Penerapan adalah suatu kegiatan mempergimakan sesuatu (kamus umum Bahasa Indonesia (1985:33).
Metode belajar secara berkelompok adalah metode mengajar dengan mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan atau membahas tugas yang dibebankan kepada kelompok tersebut. Menurut Moedjiono (Johar Permana dan Mulyani Sumantri, 1999 : 148) disebutkan bahwa metode ini "Menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.
Meningkatkan aktivitas belajar berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1985:1078) dijelaskan bahwa meningkatkan adalah "menaikan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi, mempertebal". Sementara aktivitas, menurut Kamus Umum bahasa Indonesia (1985 :26), adalah "Kegiatan, kesibukan". Sedangkan pengertian belajar menurut pendapat Morgan dkk. (Johar Permana dan Mulyani Sumantri 1999:15) dijelaskan bahwa belajar merupakan "setiap pembahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman". Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dijelaskan ini, maka yang dimaksud dengan meningkatkan aktivitas belajar dalam judul penelitian ini adalah menaikan atau mempertinggi kegiatan atau kesibukan belajar siswa.
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan atas bahan kajian Geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengerian IPS di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu dari mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPS adalah "mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan “sejarah" (Depdikbud, 1994 : 15). " Ilmu Pengetahuan Sosial " (IPS) berasal dari pada kata yang dianggap paling cocok untuk kata "Social Studies". National Council for Social Studies di Amerika Serikat mendifinisikan seperti itu.
IPS adalah sebuah mata pelajaran dasar kurikulum sekolah (TK s.d SMU) yang merupakan (1) mengambil tujuannya dari sifat kewarga negaraan suatu masyarakat yang demokratis yang berhubungan erat dengan bangsa-bangsa dan orang orang di dunia; (2) mengambil sebagian besar konten meteri pelajarannya dari sejarah, ilmu-ilmu sosial, dan (3) diajarkan dengan cara mereflesikan kesadaran pribadi, sosial dan ilmu pengalaman kultural dan perkembangan siswa. (h.26)
Fungsi mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia dimasa lampau dan masa kini.
Mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta kepada tanah air (GBPP Kurikulum Pendidikan Dasar, 1994).
Dua bidang kajian pokok IPS di SMP, menurut GBPP Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1999, adalah (1) pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial dan ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan ; dan (2) sejarah akan tetapi, Hunkin et al., 1982 Welton dan Mallan, l988; Marker dan Mehlinger, 1992; dan Skeel, 1994 menjelaskan bahwa isi materi IPS pada umumnya diambil dari disiplin ilmu yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ilmu politik, antropologi, sosiologi, psikologis, dan berbagai macam spesialisasi lainnya.
Di Sekolah Dasar dan sekolah menengah, menurut Welton dan Millan (1989) IPS digabungakan dari berbagai disiplin ilmu sosial ke dalam satu mata pelajaran yang di sebut "IPS" atau "Social Studies". Penggabungan ini dimaksudkan untuk membantu siswa bisa melihat hubungan satu sama lain dari berbagai disiplin ilmu yang terkait dalam IPS. Sebab hubungan ihi dianggap oleh siswa siswa kurang jelas bila setiap disiplin yang dikemukakan di atas diajarkan secara terpisah.
Marker dan Mehlinger (1992: 831) menjelaskan bahwa :
IPS bukan sejarah, geografi, ilmu politik, ekonomi, atau apapun namanya. Tujuan mata pelajaran IPS adalah untuk memberikan siswa pengetahuan, nilai-nilai keterampilan, dan pengalaman yang mereka butuhkan untuk menjadi anggota masyarakat yang aktif. Kurikulum K-12 (TK s.d SMU) yang dirancang harus diarahkan kepada tujuan ini. Tentunya, siswa harus mempelajari semua disiplin ilmu yang telah ditentukan oleh pakar. IPS adalah inter disiplin ilmu yang mempunyai kekhususan sendiri.
Meskipun isi materi IPS dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, akan tetapi tujuan dan maksud IPS dengan ilmu sosial adalah berbeda. Hunkin et al. (1982) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
Tujuan utama ilmu-ilmu sosial adalah untuk menghasilkan pengetahuan yang baru dan untuk menguji pengetahuan yang sudah ada tentang diri kita sebagai manusia.
Akan tetapi pendidik mata pelajaran IPS tidak memperdulikan dengan menghasilkan ilmu sosial baru. Tujuan mereka adalah memberikan siswa sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berpartisipasi di masyarakat tingkat lokal, nasional dan masyarakat dunia. IPS secara nyata mempelajari tentang diri kita sendiri dan yang lainnya dan bagaimana kita berhubungan dengan orang dan dengan lingkungan.
Skeel (1994) menjelaskan bahwa IPS atau social studies dalam kurikulum sekolah dirancang untuk membekali anak didik menjadi "warga negara yang baik". Selanjutnya Skeel (1994) berkomentar sebagai berikut:
IPS adalah cakupan kurikulum yang dimaksudkan untuk meperkenalkan siswa dengan lingkungan mereka dan hubungan antar manusia sehingga mereka menjadi "warga negara yang baik". Konten IPS dambil dari sejarah dan ilmu-ilmu sosial .
Tujuan-tujuan yang diprogramkan untuk IPS di Sekolah Dasar adalah untuk membantu siswa dalam perkembangan konsep diri sendiri yang baik, membantu siswa mengenal dan menghargai masyarakat global yang multi budaya; lebih memperdalam proses sosialisasi-sosial, ekonomi, dan politik; memberikan pengtahuan masa lalu dan masa kini sebagai dasar untuk pembuatan keputusan, dan mendorong peranan partisifasi aktif di masyarakat. (h.5572-5573).
B. Pengertian Belajar Secara Berkelompok
Belajar secara berkelompok adalah metode mengajar dengan mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan atau membahas tugas yang dibebankan kepada kelompok tersebut. Menurut Moedjiono (Johar Permana dan Mulyani Sumantri, 1999:148) disebutkan bahwa metode ini "menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama''. Belajar bersama dalam kelompok menekankan kepada lingkungan belajar untuk bekerja sama dalam mendorong interaksi antar siswa sehingga para siswa akan dapat saling memahami dan saling menghargai satu sama lain dalam hal pandangan-pandangan atau gagasan-gagasan terhadap suatu topik pembelajaran yang akan atau sedang dibelajarkan oleh guru.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru ketika menerapkan metode belajar secara bersama dalan kelompok mempunyai peluang untuk dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga pembelajaran macam ini akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Melalui kegiatan belajar secara bersama dalam berkelompok, siswa dapat belajar lebih kreatif dalam menemukan dan memecahkan masalah. Siswa memahami bahwa melalui kerja sama dalam kelompok akan diperoleh banyak ide dan gagasan untuk dipertimbangkan. Melalui belajar secara bersama dalam kelompok siswa akan bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran dengan metode belajar secara bersama dalam kelompok merupakan bentuk pembelajaran yang menuntut kemampuan berfikir dan kemampuan memberikan umpan balik terhadap masalah yang dibahas secara bersama dalam kelompok. Aktivitas dalam kerjasama tampak bila dua atau lebih anggota dalam kelompok belajar secara bersama untuk mencapai tujuan. Dua elemen penting dalam kegiatan belajar secara bersama adalah kesamaan tujuan dan sikap saling tergantung antar anggota dalam kelompok tersebut.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan guru melalui metode belajar secara bersama dalam kelompok, siswa dituntut untuk memiliki keterampilan bekerja secara dalam empat bidang kemampuan, yakni (1) kemampuan membentuk kelompok, (2) kemampuan bekerja bersama dalam kelompok, (3) kemampuan memecahkan masalah sebagai anggota kelompok belajar meliputi kemampuan mendefinisikan masalah, curah pendapat, mengklarifikasi ide, mengkonfirmasikan ide, mengorganisasikan informasi, (4) kemampum memahami serta menerima perbedaan mencakup kemampuan menerima negosiasi dan pendapat orang lain atau melihat mesalah dari sudut pandang yang berbeda.
Kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode belajar secara bersama dalam kelompok dipandang sebagai pengalaman belajar yang mengarahkan siswa kepada prestasi siswa yang tinggi. Lingkungan belajar dengan interaksi yang multi proses akan sangat potensial untuk dapat membimbing siswa dalvn mengembangkannya. Namun demikian, dalam situasi pembelajaran bentuk apapun, pengembangan kemampuan siswa akan bisa terkembangkan apabila guru meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar melalui penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok guru harus menjadi mediator yang baik sehingga proses pembelajaran yang sudah dirancang akan terlaksana dengan baik pula. Oleh karena itu, dalam belajar secara bersama dalam kelompok siswa diarahkan agar mengmbangkan sikap-sikap untuk pencapaian akademik yang tinggi, pemahaman yang mendalam terhadap materi yang dipelajari, bahwa belajar itu menyenangkan, pengembangan keterampilan kepemimpinan, mendorong sikap-sikap yang positif, mendorong kepercayaan diri, pengembangan rasa memiliki, dan mendorong mutual respect (Johnson dan Johnson, 1990).
C. Pembelajaran IPS Melalui Metoda Belajar Secara Berkelompok
Pembelajaran dengan menerapkan metode belajar secara bersama dengan membentuk kelompok-kelompok kecil di SD masih merupakan suatu dilema terutama dirasakan oleh guru-guru yang masih kurang terampil dalam menggunakan metode dan teknik belajar semacam ini. Siswapun akan merasakan bahwa pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang terapkan guru bukan merupakan pembelajaran yang sebenarnya. Para siswa pada umumnya masih menyangka bahwa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil ini adalah suatu pembelajaran yang harus berlangsung untuk menunggu pembelajaran yang akan dilakukan guru dengan metode ceramah. Padahal metode pembelajaran yang sama dalam kelompok-kelompok kecil seperti ini merupakan metode pembelajaran yang mempunyai kekuatan yang efektif untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sulit bahkan tak mungkin bagi guru untuk belajar secara bersama satu sama lain apabila siswa hanya belajar secara klasikal saja. Lagi pula dalam pembelajaran yang bersifat klasikal hampir tak mungkin siswa dapat mengutarakan pendapat dan opininya kepada teman yang lainnya. Siswa yang terlibat diskusi dalam suatu pembelajaran klasikal harus menunggu lama untuk mendapatkan kesempatan berbicara (Welton dan Millan, 1988).
Pembelajaran IPS melalui penerapan metode belajar secara bersama mencakup hal-hal perkembangan kosep diri siswa, membantu siswa dalam mengenal dan menghargai masyarakat global yang multi budaya; lebih memperdalam proses sosialisasi-sosialisasi ekonomis, dan politik; memberikan pengetahuan masa lalu dan masa kini sebagai dasar untuk pembuatan keputusan; dan mendorong peranan partisipasi aktif di masyarakat yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa yang bisa dicapai melalui belajar secara bersama dalam kelompok.
Penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok menuntut guru untuk dapat mengelompokan siswa secara arif dan bijaksana serta profesional yang didasarkan kepada : (1) fasilitas yang tersedia untuk mendukung terlaksananya belajar secara bersama dalam kelompok, (2) perbedaan individual setiap siswa dalam hal minat belajar dan kemampuan belajarnya, (3) jenis tugas dan pekerjaan yang dibebankan, (4) wilayah tempat tinggal siswa, (5) jenis kelamin, (6) memperbesar partisipasi siswa dalam kelompok, dan (7) berdasar pada random (Johar Permana dan Mulyani Sumantri, 1999).
Pembagian kelompok siswa dalam memilih anggota-anggotanya sebaiknya didasarkan atas kebervariasian atau heterogen dalam hal kemampuan belajar maupun jenis kelamin siswa agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik sehingga tidak terkesan berat sebelah dengan adanya kelompok yang kuat dan kelompok yang lemah.
Tujuan penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok menurut Moejiono (Permana dan Sumantri, 1999) adalah untuk; (1) memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama para siswa, (2) meningkatkan keterlibatan sosio emosional dan inteletual siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang diterapkan guru dan (3) Meningkatkan perhatian kepada proses dan hasil dari kegiatan belajar mengajar secara berimbang dan profesional. Sementara itu, alasan yang melatar belakangi mengapa metode belajar secara bersama dalam kelompok perlu diterapkan dalam pembelajaran dan bahwa (1) siswa dapat bekerja secara bersama dengan anggotanya dalam satu kesatuan tugas, (2) agar siswa dapat mengembangkan kekuatan dalam mencari dan menemukan bahan untuk menyelesaikan dan melaksanakan tugas yang dibebankan tersebut, dan (3) agar siswa dapat beraktivitas secara aktif dalam belajarnya.
Penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok memiliki peluang untuk dapat membuat siswa terlibat aktif dalam mencari bahan untuk menyelesaikan beban tugas yang menjadi tanggung jawab kelompoknya. Selain itu dengan menerapkan metode belajar bersama dalam kelompok dapat berpeluang lagi siswa untuk saling menggalang kerjasama kekompakan kelompoknya. Pengembangan kepemimpinan siswa dan keterampilan berdiskusi dalam proses kelompok merupakan kekuatan penerapan metode ini bagi siswa. Sementara itu penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok memiliki kekurangan bagi siswa yang kurang aktif sehingga siswa tadi kurang berperan dalam kelompoknya sementara siswa yang aktif dapat berperan dalam kelompoknya.
D. Evaluasi Pembelajaran IPS Model Belajar Secara Berkelompok
Evaluasi atau penialian adalab suatu proses yang sistematik untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai dan efisiensi suatu program yang dijalankan .
Program yang berkelanjutan dan berulang-ulang dalam pelaksanaanya jelas membutuhkan adanya evaluasi untuk mengetahui efisien atau tidaknya suatu program tersebut. Dengan adanya evaluasi akan dapat diketahui apakah tujuan telah tercapai atau belum. Apabila tujuan telah tercapai dengan baik dengan waktu, daya dan dana yang sesuai dengan program yang telah dirancang, maka dapat dikatakan program tersebut telah berhasil (Ischak, 1996).
Dalam kegiatan belajar mengajar yang melaksanakan evaluasi terahadap kegiatan belajar mengajar tersebut adalah guru. Evaluasi diperlukan oleh guru untuk dapat memperbaiki atau menyempurnakan kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan karena guru selalu berinteraksi dengan siswa sehingga guru yang paling mengetahui dan menghayati permasalahan yang dihadapi siswa-siswanya untuk dicarikan upaya menanganinya.
Prestasi belajar siswa sebagai basil dari kegiatan belajar mengajar dapat diukur melalui alat ukur yang disebut tes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang dites (siswa). Dalam tes, tingkat kemampuan siswa dalamn hal menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan guru diukur tingkat keberhasilannya.
Dalam rangka mendapatkan hasil penelitian yang optimal dan akurat, kegiatan evaluasi hendaknya didasarkan pada prinsip integral, prinsip berkesinambungan, dan prinsip obyektif. Dengan demikian evaluasi akan menjadi utuh dan menyeluruh menyangkut perilaku, sikap, dan kreativitas siswa seeara berencana, terus-menerus dan bertahap untuk dapat memperoleh gambaran perkembangan tingkah laku siswa sebagai basil dari kegiatan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Agar obyektif maka haruslah digunakan alat ukur yang baik dan dilaksanakan secara obyektif sehingga dapat menggambarkan dengan tepat kemampuan yang diukur.
Evaluasi di Sekolah Dasar didasarkan pada interaksi antara dua pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi pasa proses dan yang berorientasi pada produk (Numan Sumantri, 1991). Oleh karena itu, evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran IPS juga berupa evaluasi proses dan produk. Bentuk produk dalam hal ini adalah laporan hasil kerja sama dalam kelompok siswa.
E. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam kegiatan belajar mengajar maknanya sama dengan Student Active Learning (SAL) yang merupakan konsekuensi logis dari suatu pengajaran. Dalam suatu Kegiatan belajar mengajar hampir tidak mungkin tanpa terjadi adanya keaktifan siswa dalam belajar, tetapi kadar atau bobot keaktifan tergantung aktivitas belajar siswanya. Ada keaktifan belajar siswa yang dikategorikan tinggi, sedang dan rendah.
Apabila dibuat rentang skala dari 0 sampai dengan 10, maka keaktifan belajar siswa tadi berada pada skala 1 sampai dengan 10, tidak ada keaktifan belajar siswa yang berskala 0. CBSA pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan atau mempertinggi aktivitas belajar siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar (Nana Sujana dan Daeng Arifin, 1988).
CBSA dalam kegiatan belajar mengajar menempatkan siswa sebagai subyek didik untuk terlibat aktif secara intelektual dan secara emosional sehingga belajar yang difasilitasi dan berpartisipasi dan berperan aktif dalam melakukan kegiatan belajar yang difasilitasi dan didorong oleh guru dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Dalam CBSA siswa dipandang sebagai obyek sekaligus sebagai subyek dalam melakukan aktivitas atau kegiatan belajarnya sementara guru melakukan upaya dalam mengajarnya untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar secara optimal. Dengan demikian CBSA merupakan suatu taktik atau strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa dalam belajar sehingga siswa mampu melakukan aktivittas dan prilakunya dalam belajar secara efektif dan efisien.
Menurut Nana Sujana dan Daeng Arifin (1988), indikator cara kerja belajar mengajar aktif dalam suatu kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dari segi : (1) siswa, (2) guru, (3) program, (4) situasi belajar, (5) Sarana belajar.
Dari sudut pandang CBSA dapat dilihal kegiatan dan akrtivitas siswa dalam hal :
• Keinginan dan keberanian untuk menampilkan minat kebutuhannya
• Keinginan dan keberanian untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan proses dan kelanjutan belajar.
• Kekreatifan untuk menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai suatu keberhasilan
• Keleluasaan dalam melakukan aktivitas belajar tanpa tekanan dari guru
Sementara dari sudut pandang guru, CBSA dapat dilihal dari kegiatan atau aktivitas guru dalam hal :
• Mendrong dan membina gairah dan keaktifan siswa dalam belajar
• Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keinginannya.
• Menggunakan berbagai jenis metode dan media mengajar.
Dari sudut pandang program, CBSA dapat dilihal dari :
• Tujuan, konsep dan isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa
• Kejelasan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa
• Kelengkapan bahan pelajaran yang mengandung fakta, konsep dan keterampilan
Dari sudut pandang situasi belajar, CBSA dapat dilihal dari :
• Hubungan yang harmonis dan erat antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan guru dengan guru serta dengan unsur pimpinan
• Kegairahan dan kegembiraan belajar siswa dalam mendorong motivasi dan keleluasan untuk mengembangkan cara belajarnya masing-masing.
Sedangkan dari sudut pandang sarana belajar, CBSA dapat dilihat dari :
• Ketersediaan sumber belajar bagi siswa
• Keleluasaan dalam melakukan kegiatan belajar dengan waktu yang fleksibel
• Kelengkapan jenis media pengajaran
• Keleluasaan kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas di dalam kelas saja.
Raka Joni (1979) dalam Sujana dan Daeng Arifin (1988) mengemukakan alasan perlunya CBSA dalam suatu kegiatan belajar mengajar dengan didasarkan atas asumsi : (1) pendidikan yang memanusiakan manusia atau membudayakan manusia; (2) siswa merupakan manusia yang memiliki potensi untuk berkembang, memiliki kemampuan yang berbeda, insan yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya, dan memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya; (3) guru bertanggung jawab untuk tercapainya hasil belajar siswa; (4) proses pengajaran dilaksanakan sebagai suatu sistem terjadinya interaksi dengan siswa dengan lingkungan yang diatur oleh guru, menggunakan metode dan tehnik yang tepat dan berdaya guna, menekan pada proses dan hasil secara seimbang, dan adanya kegiatan siswa belajar secara optimal.
CBSA penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar harus tercermin dalam satuan pelajaran dan dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru yang akan menerapkan CBSA harus memikirkan hal apa saja yang akan dilakukan oleh siswa dan guru di dalam kelas serta menuangkan secara tertulis dalam satuan pelajaran yang memuat tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan cara pencapaian tujuan tersebut dengan peluang yang menuntut kegiatan belajar siswa yang optimal. Bahan pelajaran harus menantang siswa untuk aktif mempelajarinya, sementara kegiatan belajar siswa ditetapkan secara sistematik yang mencerminkan adanya kegiatan belajar bersama, kegiatan kelompok dan kegiatan individu. Sementara itu, prinsip-prinsip pengaktifan siswa dalam belajar, menurut Conny Semiawan dkk (1985), adalah bahwa hendaknya guru menerapkan pembelajaran yang menantang dan merangsang daya cipta siswa untuk menemukan dan mengesankan dengan berpatokan pada : (a) motivasi, (b) latar atau konteks, (c) keterarahan pada titik fokus tertentu, (d) hubungan sosial, (e) belajar sambil melakukan, (f) perbedaan, (g) penemuan, dan (h) pemecahan masalah.
Penerapan CBSA adalah melaksanakan satuan pelajaran yang telah dibuat sebelumnya yang tentunya mencrminkan pemikiran-pemikiran kegiatan guru dan siswa dengan bahan dan alat yang dapat mendorong aktivitas siswa secara aktif Rencana yang sudah tertuang dalam satuan pelajaran guru memfasilitasi siswa belajar secara aktif dalam kegiatan belajar yang nyata. Beberapa ciri yang seyogyanya tampak dalam penerapan CBSA, yakni : (1) situasi kelas menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bebas tapi terkendali, (2) guru tidak mendominasi kelas tetapi banyak memberikan rangsangan kepada siswa untuk berpikir, (3) guru menyediakan sumber belajar yang dibutuhkan oleh siswa, (4) kegiatan belajar siswa berpariasi, adanya kegiatan belajar bersama, kelompok, dan individu yang diatur secara sistematik dan terencana, (5) hubungan siswa dan guru yang harmonis dan menyenangkan, (6) situasi dan kondisi kelas yang sewaktu-waktu bisa berubah sesuai dengan kebutuhan, (7) menekankan pada hasil dan proses belajar yang dicapai dan dilakukan siswa, (8) adanya keberanian siswa dalam mengajukan pendapat, (9) guru menghargai pendapat siswa baik yang benar ataupun yang salah.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang merupakan CBSA hendaknya memperhatikan prinsip yang dapat mendorong siswa melakukan kegiatan belajar yang optimal. Prinsip yang dapat menumbuhkan dan mendorong siswa untuk belajar secara aktif yakni : (1) stimulus belajar yang berupa pengulangan untuk membantu siswa memperkuat pemahamnnya dan siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan guru tadi, (2) perhatian dan motivasi belajar siswa perlu diperhatikan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, (3) respon yang dipelajari siswa harus menunjang tercapainya tujuan instruksional dengan banyak melakukan kegiatan belajar siswa yang dapat ditempuh melalui respon fisik dan respon intelektual, (4) Penguatan yang dapat memenuhi kebutuhm siswa, dan (5) pemakaian dan pemindahan informasi yang dapat digunakan kembali apabila diperlukan dengan memperluas pembentukan asosiasi yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa datang (Nana Sujana dan Daeng Arifin, 1988).
F. Pokok Bahasan Globalisasi
Berdasarkan Suplemen GBPP IPS untuk SD dijelaskan bahwa kurikulum mata pelajaran IPS SD Tahun 1999 terdapat beberapa masalah yang mesti mendapatkan perhatian atau disempurnakan. Beberapa masalah pokok berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh guru, ahli materi, ahli pendidikan diantaranya adalah :
• Bagian pendahuluan dari GBPP IPS seperti pengertian, fungsi, tujuan dan rambu-rambu kurang jelas
• Perumusan tujuan kurang jelas
• Cakupan materi terlalu luas
Beberapa materi dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan kurang bermakna. Oleh karena alasan-alasan tersebut, seplemen kurikulum 1999 dilakukan secara bertahap. Pada tahapan ini, penyempurnaan yang telah dihasilkan, menurut Suplemen GBPP (1999:14) diantaranya adalah :
• Perbaikan dan penyerderhanaan beberapa tujuan kelas dan tujuan pokok bahasan
• Penyempurnaan bagian pendahuluan GBPP, yaitu untuk pengertian fungsi, tujuan, ruang lingkup, serta rambu-rambu
• Perbaikan dan pengurangan beberapa pokok bahasan/ sub pokok bahasan/uraian pembelajaran karena terlalu sulit dan kurang relevan untuk siswa
• Penundaan pokok bahasan/sub pokok bahasan untuk diajarkan di SLTP.
• Pemindahan bahan kajian ke dalam kelompok bahan kajian yang sama
• Pemberian batasan yang lebih lebih jelas untuk beberapa pembelajaran agar guru tidak terlalu dalam/luas membahasnya.
Berdasarkan rambu-rambu yang terdapat dalam Suplemen GBPP Tahun 1999 dijelaskan bahwa alokasi waktu yang disediakan untuk pelajaran IPS di Kelas VI Sekolah Dasar adalah 3 jam per minggu. Lebih lajut dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya, guru dapat memilih dan menetapkan metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan menekankan pada kegiatan belajar mengajar yang bervariasi dan memanfaatkaan sarana dan sumber daya yang tersedia secara maksimal. Sementara penilaian hasil belajar mengajar mencakup aspek pengetahuan dengan mengutamakan penaralaran melaui tes uraian terbatas, nilai dan sikap serta keterampilan.
Pokok bahasan Globalisasi, berdasarkan suplemen GBPP IPS SD Kelas VI, diajarakan pada semester 1 dengan sub pokok bahasan yaitu "Globalisasi".
0 komentar:
Posting Komentar