Contoh Makalah Konflik Sosial Dalam Kebudayaan
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini
Bagi anda yang sedang mencari makalah mengenai konflik sosial dan kebudayaan berikut Contoh Makalah Konflik Sosial dan Kebudayaan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban mentaati semua perintahnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa manusia juga merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dan individu, individu dan kelompok serta antara kelompok dan kelompok. Dalam melakukan proses interaksi sosial ini kadang terjadi perbedaan pendapat diantara masyarakat yang nantinya akan menjadi sebuah konflik. Konflik merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat dihindarkan dari manusia yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Bisa dikatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial antara satu orang atau lebih yang mana salah seorang di antaranya berusaha menyingkirkan pihak lain. Seperti yang dikatakan salah satu teori dari Karl Marx yang melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bisadisimpulkan bahwa sebagai masyarakat tidak bisa menghindari adanya konflik yang pastinya akan terjadi di kehidupan kita. Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi konflik mempunyai sumber-sumber yang menjadi patokan atau pemicu munculnya konflik antar individu maupun antar kelompok sosial.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu
1. Apa yang dimaksud dengan konflik dan kebudayaan?
2. Bagaimana cara mengatasi terjadinya konflik?
3. Apa saja yang menjadi faktor terjadinya suatu konflik?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam menyusun makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya.
2. Menambah pengetahuan tentang konflik dan kebudayaan.
3. Mengetahui macam-macam teori konflik.
D. Metode Penulisan
Metode yang dilakukan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka tentang Pendidikan Sosial Budaya serta mencari sumber materi dari internet.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban mentaati semua perintahnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa manusia juga merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dan individu, individu dan kelompok serta antara kelompok dan kelompok. Dalam melakukan proses interaksi sosial ini kadang terjadi perbedaan pendapat diantara masyarakat yang nantinya akan menjadi sebuah konflik. Konflik merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat dihindarkan dari manusia yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Bisa dikatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial antara satu orang atau lebih yang mana salah seorang di antaranya berusaha menyingkirkan pihak lain. Seperti yang dikatakan salah satu teori dari Karl Marx yang melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bisadisimpulkan bahwa sebagai masyarakat tidak bisa menghindari adanya konflik yang pastinya akan terjadi di kehidupan kita. Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi konflik mempunyai sumber-sumber yang menjadi patokan atau pemicu munculnya konflik antar individu maupun antar kelompok sosial.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu
1. Apa yang dimaksud dengan konflik dan kebudayaan?
2. Bagaimana cara mengatasi terjadinya konflik?
3. Apa saja yang menjadi faktor terjadinya suatu konflik?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam menyusun makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya.
2. Menambah pengetahuan tentang konflik dan kebudayaan.
3. Mengetahui macam-macam teori konflik.
D. Metode Penulisan
Metode yang dilakukan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka tentang Pendidikan Sosial Budaya serta mencari sumber materi dari internet.
PEMBAHASAN
A. Definisi Konflik dan Kebudayaan
Konflik berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul, yang dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Menurut Berstein (1965), Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.
Kebudayaan atau Culture berasal dari bahasa latin Colore yang artinya pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan kebudayaan, akar katanya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddayah yang berarti budhi atau akal. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan istilah Cultural-Determinism yaitu, segala sesuatu yang ada di masyarakat ditentukan oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi, diperoleh pengertian tentang kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B. Indikator Konflik
Menurut Nasikun, ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk menilai intensitas konflik, khususnya yang terjadi di indonesia, antara lain sebagai berikut:
Demontrasi, yang dimaksud dengan demonstrasi disini adalah sejumlah orang yang tidak menggunakan kekerasan mengorganisir untuk melakukan protes terhadap suatu rezim pemerintahan atau terhadap pimpinan, atau terhadap ideologi, kebijaksanaan, tindakan yang sedang direncanakan rezim.
Kerusuhan, pada dasarnya sama dengan demonstrasi. Perbedaannya adalah kerusuhan menggunakan kekerasan fisik, yang diikuti dengan perusakan barang-barang, perbedaan lainya adalah kerusuhan ditandai oleh spontanitas sebagai suatu akibat dari suatu insiden.
Serangan bersenjata, yaitu suatu tindakan kekerasan yang dimaksudkan untuk melemahkan atau menghancurkan kekuasaan kelompok lain.
Indikator yang berhubungan atau akibiat dari kerusuhan, serangan bersenjata, demonstrasi, indikator tersebut adalah jumlah kematian akibat kekerasaan.
Govermental sanction, adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh penguasa untuk meniadakan suatu ancaman terhadap keamanan pemerintahan, rezim yang berkuasa.
C. Teori-teori Penyebab Konflik
Ada beberapa teori penyebab konflik berikut ini akan dipaparkan beberapa teori tentang penyebab konflik.
1. Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
2. Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalamai konflik.
3. Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan.
4. Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
5. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
6. Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
D. Faktor-faktor Penyebab Konflik
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalin hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman tentu perasaan setiap warga berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
Seseorang sedikitnya akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memiicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
Perbedaan latar belakang kebudayaan terdiri dari banyak sebab, baik secara budaya, latar belakang keluarga, pendidikan dan sebagainya. Perbedaan tersebut akan berpengaruh karna dapat membentuk kepribadian yang berbeda.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi perubahan itu berlangsung cepat dan bahkan mendadak, perubahan tersebut dapatmemicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama di masyarakat tradisisonal yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktuaral yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan wktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas sseperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini terjadi secara cepat dan mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.
E. Jenis-jenis Konflik
Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi konflik. Dilihat dari berita-berita di media massa, berbagai konflik terjadi di Indonesia. Konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:
1. Berdasarkan Sifatnya
a. Konflik destruktif
Merupakan konflik yang membawa akibat kurang menguntungkan bagi pihak yang berkonflik. Konflik destruktif dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, harta benda, persaingan, perasaan cemas dan sebagainya. Konflik destruktif dapat terjadi karena perasaan tidak senang atau benci. Contoh konflik destruktif adalah konflik di Sambas.
b. Konflik konstruktif
Adalah suatu konflik yang terjadi karena adanyaperbedaan pendapat dalam menghadapi suatu masalah. Konflik konstruktif mampu membawa ke arah keuntungan dan akibat yang membangun, konflik ini bersifat fungsional. Hasil dari konflik konstruktif diantaranya menghasilkan suatu konsesus atau kesepakatan dari perbedaan tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu perbaikan. Contoh konflik konstruktif adalah perbedaan pendapat dalam rapat. Konflik konstruktifdapat menghasilkan keuntungan diantaranya meningkatkan inisiatif dan kreatifitas, dan surutnya ketegangan pribadi.
2. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
a. Konflik vertikal
Konflik vertikal adalah konflik yag terjadi antara lapisan dan komponen masyarakat yang berbeda atau bertingkat. Misalnya seperti konflik masyarakat dengan negara seperti yang terjadi antara pemerintah dengan rakyat, buruh dengan majikan, konflik aceh dan sebagainya.
b. Konflik horizontal
Merupakan konflik yang terjadi dalam satu lapisan sosial yang sama. Konflik horizontal misalnya konflik yang terjadi antarsuku bangsa, antarras, antaragama, antargolongan seperti yang terjadi di Papua, Poso dan sebagainya. Konflik ini terjadi karena para pelaku yang berkonflik kedudukannya sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.
c. Konflik diagonal
Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi kerena adanya ketidak adilan alokasi sumber daya keseluruhan organisasi sehingga dapat menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Misalnya pertentangan atau konflik di Aceh.
3. Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik
a. Konflik terbuka, yaitu konflik yang diketahui oleh semua pihak, misalnya konflik yang dialami para artis.
b. Konflik tertutup, merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat dalam konflik.
4. Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia
a. Konflik sosial
Yaitu konflik yang sering terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara lapisan sosial yang berbeda. Misalnya konflik yang terjadi antara pemerintah dengan warga masyarakat.
2) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi antara kelompok atau individu dalam kelas atau lapisan sosial yang sama. Misalnya konflik antarsuku, antaretnis, antarras dan sebagainya.
b. Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan. Misalnya konflik kekuasaan yang terjadidi Thailand.
c. Konflik ekonomi, yaitu konflik ekonomi yang terjadi karena adanya masalah ekonomi, misalnya perebutan sumber daya ekonomi dan sebagainya. Contohnya konflik yang terjadi dalam kepentingan ekonomi antara pengusaha dan buruh.
d. Konflik budaya, yaitu konflik yang terjadi krena adanya perbedaan kepentingan budaya budaya dari pihak yang berkonflik. Konflik budaya misalnyakonflik yang terjadi antara dua kebudayaan yang berbeda.
e. Konflik ideologi, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang. Konflik ideologi misalnya konflik yang terjadi antara massa akhmadiah dengan massa FPI.
5. Berdasarkan Cara Pengolahannya
a. Konflik interindividu
Merupakan konflik yang terjadi karena ada kaitan erat dengan emosi individu hingga tingkat keresahan yang paling tinggi. Konflik ini terjadi didalam diri manusia. Misalnya seorang hakim yang harus memutuskan perkara untuk adiknya yang bersalah. Hakim ini akan mengalami konflik peran antara menunjukkan loyalitas sebagai hakim dan mempertimbangkan adiknya yang jadi tersangka.
b. Konflik antarindividu
Merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dengan satu orang lainnya. Konflik ini menyangkut perbedaan pendapat, ide, gagasan, kepentingan, bahkan emosional. Konflik seperti ini hampir pasti pernah di alami oleh setiap individu.
c. Konflik antarkelompok
Merupakan konflik yang terjadi antara kelompok satu dengan kelompok lain. Konflik ini dapat di jumpai dalam masyarakat. Misalnya konflik yang terjadi antarkampung.
F. Dampak Konflik
Konflik yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang kurang baik. Konflik akan berakibat positif ketika konflik yang terjadi membawa keuntungan bagi pihak yang berkonflik. Untuk itu, maka konflik perlu dikelola secara baik dan benar sehingga dapat meminimalisir dampak negatif konflik.namun, tidak ada konflik yang tidak membawa akibat bagi masyarakat. Konflik mempunyai dampak dan akibat baik langsung ataupun tidak langsung, baik positif ataupun negatif.
Dampak langsung konflik diantarnya rusaknya harta benda, timbulnya korban jiwa, keretakan hubungan, kemiskinan bertambah, rusaknya sarana dan prasarana dan sebagainya. Contohnya seperti dampak dari konflik Irak dengan Amerika yang membawa dampak langsung yang bersifat negatif bagi penduduk Irak.Dampak tidak langsung dirasakan oleh pihak yang tidak terlibat dalam konflik.
Dampak terjadinya konflik diantaranya:
1. Aspek sosial budaya
Dampak negatif:
· Memperjelas jarak sosial
· Perubahan kepribadian para individu
· Dominasi (apabila kekuatan pihak yang saling bertikai tidak seimbang)
· Takluknya salah satu pihak karena dominasi
Dampak positif:
· Memperkuat solidaritas internal kelompok
· Pertentangan dua kubu memunculkan simpati dari orang/kelompok lain
· Akomodasi (apabila kekuatan pihak yang saling bertentangan seimbang)
2. Aspek hukum
· Pelanggaran HAM
· Masalah kepemilikan tanah
3. Aspek ekonomi dan tata ruang kota
· Kehilangan lapangan pekerjaan
· Muncul lapangan kerja baru
· Masalah daerah kumuh
4. Aspek kependudukan
· Perpindahan penduduk (karena konflik berkepajangan)
· Muncul masalah sosial lainnya seperti kesehatan, keamanan, ketenagakerjaan, dsb.
5. Aspek pemerintah dan pelayanan publik
Banyaknya penduduk yang migrasi memunculkan kepadatan dan kemacetan sehingga berimbas pada pelayanan publik.
G. Cara Mengatasi Konflik
1. Koersi (coersion), yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan dengan paksaan. Paksaan merupakan suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan paksaan fisik maupun psikologis. Dalam pelaksanaan akomodasi ini salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah.
2. Kompromi (compromise), yaitu suatu bentuk akomodasi yang dilakukan dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian dari perselisihan.
3. Arbitrasi (arbitration), yaitu konflik yang dihentikan dengan cara mendatangkan pihak ketiga untuk memutuskan dan kedua belah pihak yang bertikai harus mentaati keputusan tersebut karena bersifat mengikat.
4. Mediasi (mediation), yaitu penyelesaian konflik dengan mengundang pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak hanya berfungsi sebagai penasihat. Keputusan dari pihak ketiga ini tidak mengikat.
5. Toleransi (tolerantion), yaitu suatu bentuk akomodasi dimana ada sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing pihak yang berkonflik. Bentuk akomodasi ini disebut juga tolerant-participation. Bentuk ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. Kadang-kadang toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.
6. Konversi (convertion), yaitu penyelesaian konflik apabila salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
7. Konsiliasi (consiliation), yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
8. Adjudukasi (adjudication), yaitu suatu penyelesaian konflik melalui pengadilan.
9. Stalemate, yaitu suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bertentangan memiliki kekuatan seimbang, namun terhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya karena kedua belah pihak sudah tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur.
10. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur korban tewas, berunding, dan sebagainya.
11. Segregasi (segregation), yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar diantara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka mengurangi ketegangan.
12. Dispasement, yaitu usaha untuk mengakhiri konflik dengan mengalihkan perhatian pada objek masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan. Sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sudah tidak aneh lagi apabila didalam suatu kebudayaan seringkali terjadi konflik dan pertentangan antar anggota. Maka dari itu terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meredakan konflik yang terjadi yakni, koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi, toleransi, konversi, konsiliasi, adjudikasi, stalmate, gencatan senjata, segregasi, dan dispasement.
B. Saran
Untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik tentu saja setiap orang diharuskan untuk menjaga perdamaian, ketentraman, keadilan dan keamanan di negara Indonesia. Banyak cara yang dapat dilakukan, salah satunya dengan cara menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik
0 komentar:
Posting Komentar