CONTOH PENILAIAN TINDAKAN KELAS
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Matematika di SMK Muhammadiyah 8 Siliragung pada materi matrik kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran tersebut belum memuaskan, terbukti dari observasi kegiatan belajar siswa, dan hasil evaluasi yang diperoleh siswa untuk mata pelajaran Matematika masih dibawah KKM Hal ini menunjukkan tingkat kemampuan siswa rendah.
Rendahnya hasil belajar dan kemampuan siswa dalam materi matrik disebabkan beberapa faktor, yaitu kurangnya motivasi dan aktifitas siswa dalam belajar baik dalam belajar di mana dalam proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru dan metode pembelajaran yang diberikan, dimana guru lebih banyak menyajikan materi dengan metode ceramah, siswa mendengar dan mencatat ringkasan materi yang diberikan guru.. Walaupun guru telah memberikan kesempatan untuk bertanya , tetapi tetap saja siswa malas bertanya langsung pada guru. Berdasarkan pengamatan, siswa lebih berani bertanya kepada temannya yang pandai dan mempunyai kemampuan akademik yang baik.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang cocok agar pembelajaran matriks lebih berkualitas dan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah di atas adalah dengan menerapkan model belajar kooperatif
1.2. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah pokok dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar di materi matriks siswa kelas X SMK Muhammadiyah 8 Siliragung?”.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin memaparkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar di materi matriks siswa kelas X SMK Muhammadiyah 8 Siliragung.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi :
1. Bagi siswa,
· Melatih siswa untuk meningkatkan cara berfikir kritis dalam belajar
· Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam materi matriks
· Membantu pemahaman materi dan pemecahan masalah dalam materi matriks
· Menjadikan Proses pembelajaran matematika lebih bermakna dan tidak menjenuhkan.
· Melatih kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah atau menyelesaikan soal
2. Bagi Guru:
· Meningkatkan professionalisme seorang guru.
· Memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru.
· Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Matematika
· Meningkatkan ketrampilan guru dalam menggunakan metode belajar yang sesuai.
3. Bagi Sekolah:
· Memberikan masukan dalam mengembangkan kualitas pembelajaran.
· Meningkatkan mutu lulusan SMK Muhammadiyah 8 SIliragung yang berkualitas.
· Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif ini dapat dijadikan referensi guru bahwa dalam mencapai ketuntasan pembelajaran matematika
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.1 Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya : (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual; (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja dianjurkan (Abdurrahman & Bintoro, dalam Nurhadi, 2003:60).
Pembelajaran kooperatif menurut Johnson dalam Ismail (2002:12), adalah model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai suatu pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan siswa.Menurut Nur (2000), prinsip dalam pembelajaran kooperatif adalah :
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
2.1.1 Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
Menurut Hartadji (2001:34) antara lain: (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai ; (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah ; (3) Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, dan budaya yang berbeda ; (4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada masing-masing individu.
2.1.3 Langkah – langkah pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa
2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
4. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6. Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
2.2 Hasil Belajar
Meskipun terjadinya perbedaan dalam pemberian definisi belajar, tetapi semuanya merupakan perjalanan sejarah yang terus terakumulatif sebagai wujud adanya pergeseran paradigma dalam pengertian belajar.Pada pandangan tradisional mengenai belajar lebih berorientasi pada pengembangan intelektualitas, atau pengembangan otak. Pandangan tradisional memandang bahwa belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Sedangkan pada pandangan modern mengenai belajar, lebih berorentasi pada perubahan perilaku secara holistik dan integral. Oleh karena itu, pandangan modern menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun yang dimaksud lingkungan mencakup keluarga, sekolah, dan masyarakat, di mana peserta didik berada (Hanafiah,2009:6). Adapun Slavin (2000:143) mengemukan :
”Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilakuatau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon”.
Dari kutipan di atas nampak bahwa belajar menuntut seseorang khususnya siswa diharapkan ada perubahan dalam melakukan proses pembelajaran. Adapun Djamarah,dkk (2006:11) mengemukan :
”Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenapa aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, keseuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikatnya belajar adalah perubahan”.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada anak bukan sesuatu yang sepenuhnya tergantung pada guru melainkan harus keluar dari anak itu sendiri.
Adapun faktor-faktor yang tercermin dari perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan (Ali,2002:15) :
1. Kesiapan yaitu kapasiti baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu.
3. Tujuan yang ingin dicapai.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : ” jikapenerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar di materi matriks siswa kelas X SMK Muhammadiyah 8 Siliragung”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subyek dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan di kelas X RPL SMK Muhammadiyah 8 Siliragung pada semester ganjil tahun pembelajaran 2014/2015 tepatnya pada tanggal 26 Agustus 2014 sampai tanggal 30 September 2014, pada mata pelajaran matematika materi matrik
Subjek penelitian adalah siswa kelas X RPL SMK Muhammadiyah 8 Siliragung dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa, jumlah laki-laki 15 orang dan jumlah siswa perempuan 23 siswa.
3.2 Prosedur Penelitian
Setiap siklus secara garis besar dengan langkah-langkah :
Siklus I, penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Penelitian pada siklus I direncanakan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, dengan waktu 1 kali pertemuan : ( 3 X 45 menit ), pada materi pembelajaran menentukan nilai stasioner.
Sedangkan pelaksanaan kegiatan penelitian mengikuti sistematika sebagai berikut; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi.
1) Perencanaan Tindakan
Pembelajaran pada penelitian ini menggunakan metode kooperatif. Penelitian membuat rencana tindakan seefektif mungkin dengan mengacu pada pola urutan motode kooperatif.
2) Pelaksanaan Tindakan
Rencana kegiatan yang telah dirancang pada rencana pelaksanaan pembelajaran, sebagai skenario pembelajaran dilaksanakan dalam proses membelajarkan siswa di dalam kelas. Setiap tatap muka menggunakan metode kooperatif.
3) Evaluasi
Seusai 3 kali pertemuan pembelajaran dengan metode kooperatif, pada hari selasa, tanggal 3 September 2014, siswa diambil data hasil belajarnya sebagai data pendukung penelitian. Dan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa dipergunakan soal test pada materi pembelajaran yang telah dibelajarkan.
4) Refleksi
Data yang diperoleh adalah untuk mengevaluasi hasil belajar siswa belajar matematika setelah proses pembelajaran berlangsung. Pada akhir siklus pertama dilakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa dari pertemuan satu sampai pertemuan ke tiga. Hasil refleksi data yang diperoleh pada akhir siklus I berguna untuk menentukan rencana pada siklus penelitian selanjutnya.
Penelitian siklus II hampir sama dengan siklus I. Penelitian pada siklus II dilaksanakan pada materi pembelajaran ; matriks
Adapun langkah – langkahnya sebagai berikut :
1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan siklus I,
2) Pelaksanaan Tindakan
Rencana kegiatan yang telah dirancang pada rencana pelaksanaan pembelajaran, sebagai skenario pembelajaran dilaksanakan dalam proses membelajarkan siswa di dalam kelas. Setiap tatap muka menggunakan metode sokratis dengan urutan tindakan hampir sama dengan siklus I
3) Evaluasi
Seusai 3 kali pertemuan pembelajaran dengan metode sokratis, pada hari selasa, tanggal 17 September 2013, siswa diambil data hasil belajarnya sebagai data pendukung penelitian. Dan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa dipergunakan soal test pada materi pembelajaran yang telah dibelajarkan.
4) Refleksi
Berdasarkan temuan refleksi pada siklus kedua menjadi bahan untuk mengetahui sejauh mana penelitian tindakan kelas melalui metode sokratis di kelas X RPL, dapat meningkatkan hasil belajar siswa matematika.
Untuk lebih memperjelas fase-fase dalam penelitian tindakan, siklus spiralnya dan bagaimana pelaksanaanya, Kemmis menggambarkannya dalam siklus sebagai berikut:
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan metode pengumpulan data , antara lain :
a. Lembar observasi
Lembar observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran antara lain contoh lembar observasi seperti pada lampiran.
b. Soal tes
Berupa tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes dikerjakan secara invidu oleh siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, tes diadakan setiap akhir siklus. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual.
c. Angket/ Kuisioner
Angket diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus. Tujuannya untuk mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan atau kendala yang ada serta saran siswa terhadap proses pembelajaran. Contoh angket dapat dilihat dalam lampiran.
3.4 Metode Analisa Data
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas teknik analisis terhadap data yang telah dikumpulkan sebagai berikut :
1. Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa adalah data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya diobservasi dengan mengkaitkannya dalam kategori;
Dengan:
SR = Persentase skor rata-rata hasil validasi
ST = Skor total validasi masing-masing validator
SM = Skor maksimum yang dapat diperoleh dari hasil validasi
Selanjutnya kesimpulan hasil analisis data disesuaikan dengan kriteria persentase skor rata-rata hasil validasi. Adapun kriteria persentase skor rata-rata hasil validasi adalah sebagai berikut:
75% ≤ SR ≤ 100% : Valid tanpa revisi
50% ≤ SR ≤ 74% : Belum valid dengan sedikit revisi
25% ≤ SR ≤ 49% : Belum valid dengan banyak revisi
SR ≤ 24% : Tidak valid
Perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dapat digunakan jika persentase skor rata-rata hasil validasi berada pada rentang 75% ≤ SR ≤ 100% atau valid tanpa revisi.
Indikator observasi ini meliputi; memperhatikan penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan soal ke papan tulis, dan menyelesaikan tugas mandiri. (Lebih lanjut dapat dilihat dalam lampiran form pengamatan)
2. Data Hasil Tes Belajar Siswa
Data hasil tes adalah data yang diperoleh oleh peneliti setelah melakukan tes formatif terhadap siswa setelah pembelajaran. Tes belajar siswa dilakukan selama 2 (dua) kali, pada setiap siklus yang dilakukan. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua nantinya akan dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual. Ketuntasan individiual ditentukan dengan ketentuan:
Adapun rumusan yang digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah sebagai berikut :
a). Ketuntasan secara individu
Rumus persentase :
b) Ketuntasan secara klasikal
Rumus persentase ketuntasan :
Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat persentase ketuntasan minimal mencapai 65 %, sedangkan untuk tingkat klasikal minimal mencapai 85 % (Depdikbud, 1994, dalam Kustantini:10)
3. Angket/ Kuisioner
Data yang diperoleh melalui angket siswa dianalisis dengan menggunakan jumlah responden yang telah menjawab setiap pertanyaan angket. Kategori jawaban terbagi menjadi 3 (tiga) macam: ya, tidak dancukup.
Untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian maka dilaksanakan pengujian hipotesis secara statistik. Untuk melakukan uji statistik maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi kedua kelompok.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok sampel berdistribusi normal atau tidak. Cara yang digunakan adalah dengan menggunakan uji Lillieford dengan langkah sebagai berikut :
a. Data X1, X2, X3, ………….. Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga data yang terbesar.
b. Data X1, X2, X3, ………. Xn dijadikan bilangan Z1, Z2, Z3 ……. Xn dengan rumus :
Keterangan :
Xi = Skor yang diperoleh siswa ke-i
X = Skor rata-rata
S = Simpangan baku
c. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (z < Zi)
d. Dengan menggunakan propersi Z1, Z2, Z3 ……. Xn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika propersi ini dinyatakan dengan S (Zi), S (Zi) adalah banyak Z1, Z2, Z3 yang ≤ Zi
e. Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) yang kemudian harga mutlaknya.
f. Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut yang disebut Lo.
g. Membandingkan Lo dengan nilai kritis A yang terdapat pada taraf nyata α = 0,05, kriteria terima yaitu hipotesis tersebut normal jika Lo < Lt, lain dari itu ditolak. (Sujana , 1992 : 467).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk mengujinya dilakukan uji F. Uji ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mencari varians masing-masing data kemudian dihitung harga F dengan rumus :
F = Varians terbesar - Varians terkecil
Keterangan :
F = Varians kelompok data
S12 = Varians hasil belajar kelas eksperimen I
S22 = Varians hasil belajar kelas eksperimen II
b. Jika harga sudah didapat maka dibandingkan dengan F tersebut dengan harga F yang terdapat dalam daftar distribusi F dengan taraf signifikan 95% dan dk pembilang = n1–1 dan dk penyebut = n2–1. Bila F yang didapat dari perhitungan lebih kecil dari harga F pada tabel maka kedua kelompok data mempunyai varians yang homogen dan sebaliknya (Sujana, 1992).
3. Uji Hipotesis
Untuk melihat apakah terdapat atau tidaknya perbedaan hasil belajar matematika antara pendekatan pembelajaran aktifdengan pendekatan bimbingan belajar, maka dilakukan pengujian hipotesis. Untuk uji hipotesis ini digunakan uji-t dengan rumus: (Sujana.1992:239)
Keterangan :
X1 = Nilai rata- rata kelas eksperimen I
X2 = Nilai rata- rata kelas eksperimen II
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen I
n 2 = Jumlah siswa kelas eksperimen II
S2 = Varians gabungan
Harga thitung dibanding denganttabel, yang terdapat dalam tabel distrbusi t. Kriteria pengujian hipotesis adalah terima Ho jika t ≥ t (1-α) dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 – α). Untuk harga-harga lainnya Ho ditolak.
3.5 Jadwal pelaksanaan penelitian
Jadwal pelaksanaan dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan mulai hari Rabu tanggal 2 september 2014 sampai dengan Sabtu 11 Oktober 2014.
Adapun jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
No.
|
Jenis Kegiatan
|
Waktu pelaksanaan
( minggu ke - )
|
Ket
| |||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
| |||
1
|
Koordinasi, pembahasan persiapan PTK, penggandaan perangkat (alat dan instrumen) PTK
|
ü
|
Rabu,
2 - 09 - 2014
| |||||
2
|
Penyusunan proposal PTK
|
ü
|
Senin,
7 - 09 - 2014
| |||||
3
|
Pengambilan dan pengolahan data siklus I
|
ü
|
Selasa
15 - 09 - 2014
| |||||
4
|
Pengambilan dan pengolahan data siklus II
|
ü
|
Jum’at
26 - 09 - 2014
| |||||
5
|
Koordinasi penyusunan Laporan
|
ü
|
Sabtu
4 - 10 - 2014
| |||||
6
|
Penyusunan Laporan
|
ü
|
Senin
5 - 10 - 2014
| |||||
7
|
Penggandaan Laporan
|
Sabtu
11 - 10 - 2014
|
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, 2002. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
Djamarah, Syaiful, Bahri, 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful, Bahri, dkk, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas, 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaiaan. Yogyakarta : Depdiknas.
Hudojo, Herman, 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIP.
Hanafiah, 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
……………., 2013. Definisi Belajar. (www.Google.com Diakses tanggal 1 Juli 2014 ).
Pidarta, Made, 1990. Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju. Jakarta : Bumi Aksara.
Simanjuntak, Lisnawaty, dkk, 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana, 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
0 komentar:
Posting Komentar