JASA ADMINISTRASI BP BK MURAH HUBUNGI KAMI DI 081222940294 DETAIL HARGA KLIK DISINI

Contoh PTK Bahasa Indonesia SMA

Contoh PTK Bahasa Indonesia SMA





Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini


Atau Cek FB Kami KLIK DISIN




BAB I
PENDAHULUAN
PTK Bahasa Indonesia SMA
1.1    Latar Belakang Masalah
Berdasarkan pengalaman peneliti pembelajaran membaca baik yang dialami sendiri maupun yang diketahui selama ini, model pembelajarannya selalu mengacu pada apa yang ada pada buku paket. Teknik pengajaran membaca yang ada umumnya membaca pemahaman. Banyak teknik pengajaran yang selama ini tidak dipergunakan untuk melatih keterampilan membaca. Teknik-teknik itu antara lain teknik uji rumpang. Kenyataan yang terjadi di samping kemampuan dan keterampilan yang kurang pada siswa, pengajaran membaca selalu mengacu pada teknik yang ada pada buku tersebut. Dengan demikian para siswa beranggapan pengajaran membaca tujuannya semata-mata menjawab pertanyaan, mencari kata istilah yang sulit dan lain-lain. Hal ini dihadapi para siswa dengan proses yang amat lain.
Perihal lain yang selalu muncul pada pembelajaran membaca yaitu guru Bahasa Indonesia pada umumnya hanya mengutamakan penyelesaian target materi dalam kurikulum yang orientasinya mengacu pada usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal, walaupun hal ini tidak selalu benar sebab soal-soal sering  kurang mengacu pada keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak, berbicara,membaca, maupun menulis.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya guru Bahasa Indonesia memahami dan menguasai teknik pengajaran membaca. Belum lagi memilih bahan bacaan yang seharusnya dalam pengajaran membaca guru dituntut mampu memilih bahan bacaan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan siswa, kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan baca.
Peneliti berusaha mengungkap kecepatan efektif membaca ( KEM ) siswa, karena penulis sangat prihatin dengan KEM siswa di negara kita. Kalau di negara-negara maju seperti Amerika, seorang setara SMA di negara kita (Senior High School) dalam keadaan normal sudah memiliki kecepatan membaca minimal kurang lebih 250 kata permenit, dengan pemahaman isi bacaan minimal 70 %. Jika dihitung kecepatan efektif membacanya (KEM) = 250 kpm x 70 % = 175 kpm. (Harjasujana,200:88). Kalau di Amerika siswa setingkat SMA memiliki KEM terendah ± 175 kpm, maka di Indonesia masih tidak sedikit siswa SMA KEM tertinggi ± 175 kpm. Dari pengalaman peneliti membelajarkan siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo, ternyata hal tersebut di atas juga terjadi. Dengan KEM ± 175 kpm, lalu bagaimana bisa menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diharapkan melalui berbagai media cetak dalam waktu yang relatif singkat.
Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti mengambil tindakan, yaitu “Meningkatkan Kecepatan Efektif  Membaca Dengan Menggunakan Metode Klos Siswa Kelas XI  IPA  2  SMA Negeri 3 Sidoarjo”.
Peneliti memilih metode klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) karena metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana dan untuk melatih keterampilan dan kemampuan membaca
1.2    Perumusan dan Pemecahan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah yaitu bagaimana penggunaan metode Klos bisa meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa kelas XI  IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo
1.2.2 Pemecahan Masalah
Dengan rendahnya Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007 penulis mengambil tindakan yaitu meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca dengan menggunakan Metode Klos yang langkah-langkahnya sebagai berikut : Tahap awal merupakan pra tindakan yaitu identifikasi metode klos dan Kecepatan Efektif  Membaca (KEM), langkah kedua pelaksanaan tindakan yang terdiri dari tiga siklus. Siklus I penerapan metode klos, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos, dan siklus III sebagai pemantapan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan tindakan kelas ini adalah :
Untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM) siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo dengan menggunakan metode klos .
1.4 Lingkup Penelitian
Lingkup yang menjadi batasan materi dalam penelitian ini adalah Kecepatan Efektif Membaca (KEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar membaca cepat. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 2, SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007.
1.5  Definisi Operasional
Kesamaan arti sangat diperlukan dalam penelitian. Sejalan dengan itu diperlukan pendefinisian istilah sebagai berikut :
1.5.1    Kecepatan Efektif Membaca (KEM) PTK Bahasa Indonesia SMA
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) adalah sebuah istilah untuk mencerminkan kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca, karena KEM merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dan kemampuan memahami bacaan. KEM dapat ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan membaca dengan prosentase pemahaman isi bacaan (Harjasujana,2000:109).
1.5.2    Metode Klos
Metode Klos berasal dari kata ”Clozure” yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt, yang mempunyai pengertian bahwa pada dasarnya orang melihat bagian-bagian itu sebagai suatu keseluruhan. Dalam teknik klos, pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan, akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna (Kamidjan,1996:66)
1.6    Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
  • Bagi siswa : hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa dan terjadi kemajuan belajar pada mata pelajaran lain
  • Bagi peneliti (guru) : dapat meningkatkan profesionalisme dan bisa digunakan untuk pengembangan profesi dalam perolehan angka kredit untuk naik ke golongan IV b
  • Bagi guru lain : memberikan motivasi dan referensi model-model pembelajaran yang inovatif.
  • Bagi sekolah : dengan adanya guru-guru (para peneliti) melakukan penelitian tindakan kelas berarti proses pembelajaran di kelas sangat berkualitas sehingga terjadi perubahan positif mengarah pada sekolah unggul.
BAB II
LANDASAN TEORI
Keterampilan membaca sebagai salah satu aspek dari empat aspek keterampilan berbahasa biasanya tanggung jawabnya diserahkan pada guru bahasa Indonesia. Hal itu perlu diluruskan kalau ada anggapan demikian. Setiap guru dalam mata pelajaran apa pun harus turut bertanggung jawab atas kemampuan para siswanya, sebab faktor sangat dominan  untuk menentukan keberhasilan belajar belajar siswa adalah kemauan dan kemampuan membaca yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.
Setiap keterampilan yang dimiliki oleh siswa itu erat sekali hubungannya dengan keterampilan lainnya dengan beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai lingkungan keluarga sebelum masuk sekolah anak belajar menyimak dan berbicara, setelah sekolah baru belajar membaca dan menulis.
Dari jaman ke jaman model membaca selalu dipengaruhi perkembangan peradaban manusia dan ilmu pengetahuan. Pada antara tahun 1950 an dan tahun  1960 an model membaca dipengaruhi definisi dan penjelasan membaca, pada tahun 1970 an timbul model-model dan teori membaca yang bertitik tolak dari pandangan ahli psikologi perkembangan, psikologi kognitif, proses informasi psikolinguistik, sedangan tahun 1980 an proses membaca dipengaruhi psikologi eksperimental.
Membaca merupakan suatu keterampilan yang pemilikan keterampilannya memerlukan suatu latihan yang intensif, dan berkesinambungan (Akhmad Slamet Harjasujana,1997:103). Aktivitas dan tugas membaca merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena kegiatan ini akan menentukan kualitas dan keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dalam studinya. Seorang guru di sekolah hendaknya dapat memberi motivasi siswa dalam dua segi, yakni kemampuan membaca. Hal ini seorang guru bahasa Indonesia perlu memilih suatu metode yang tepat untuk mencapai tujuan seperti  yang tercantum dalam  kurikulum SMA.
Agar dapat tercapai tujuan pembelajaran tersebut guru harus dapat  menentukan metode yang dianggap lebih mudah pelaksanaannya dari metode atau alat lain misalnya dengan menggunakan metode klos.
Menurut Subyakto (1988:148), Membaca dengan cepat cenderung berpikir bahwa hanya seorang pembaca cepatlah seorang pembaca yang efektif dan efisien. Dengan demikian seorang pelajar yang membaca dengan lambat tidak dapat menyelesaikan tugasnya pada waktu yang ditentukan2.1    Kecepatan Efektif Membaca (KEM)
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) sebuah istilah untuk mencerminkan kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca. Dua unsur  penyokong kegiatan/proses membaca, yakni unsur visual (kemampuan gerak motoris mata dalam melihat dan mengidentifikasi lambang-lambang grafis) dan unsur kognisi (kemampuan otak dalam mencerna dan memahami lambang-lambang grafis) sudah terliput dalam rumus KEM. Oleh karena itu KEM dapat ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan rata-rata baca dengan prosentase pemahaman isi bacaan (Harjasujana, 2000:109).
Untuk mencapai KEM yang tinggi diperlukan pelatihan dan pembiasaan. KEM seseorang dapat dibina dan ditingkatkan melalui proses berlatih. Ada dua faktor utama yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi KEM, yakni faktor dalam (internal) dengan faktor luar (eksternal). Yang dimaksud dengan faktor dalam adalah faktor yang berada di dalam diri pembaca itu sendiri, yaitu : intelegensi, minat, dan motivasi, sikap baca, kompetensi kebahasaan, tujuan baca, dll. Yang dimaksud faktor luar adalah faktor-faktor yang berada di luar pembaca. Faktor ini dapat dibedakan ke dalam dua hal, yakni faktor-faktor yang berkenaan dengan bacaan (keterbacaan dan organisasi bacaan) dan sifat-sifat lingkungan baca (guru, fasilitas, model pembelajaran, metode membaca, dll) (Harjasujana, 2000:110).
Berdasarkan hasil studi para ahli di Amerika, kecepatan yang memadai untuk siswa tingkat akhir Sekolah Dasar kurang lebih 200 kpm, siswa tingkat Lanjutan Pertama antara 200-250 kpm, siswa tingkat Sekolah Lanjutan Atas antara 250-325 kpm, dan tingkat mahasiswa antara 325-400 kpm. Dengan pemahaman isi bacaan minimal 70%. Dengan uraian tersebut dapat dikelompokkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) masing-masing jenjang yaitu tingkat SD = 200x 70% = 140 kpm, tingkat SMTP/SMP = 200 x 70% sampai dengan 250 x 70% = 140-175 kpm, tingkat SMTA/SMA = 250 x 70% sampai dengan 350 x 70% =  175-245 kpm, dan tingkat Perguruan Tinggi 350 x 70% sampai dengan 400 x 70% =  245-280 kpm. (Harjasujana,200:108-109).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1    Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penelitian ini dilaksanakan berangkat dari permasalahan pembelajaran di kelas, kemudian ditindak lanjuti dengan penerapan suatu tindakan pembelajaran kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan penerapan kembali pada siklus-siklus berikutnya, setelah dilaksanakan revisi berdasarkan temuan saat refleksi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan, yaitu peneliti berusaha untuk menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Karena penelitian dilaksanakan dengan setting kelas, maka disebut penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)3.2    Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, model Stephen Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suranto,200:49), model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu rancangan pemecahan masalah.
Untuk lebih lengkap PTK Bahasa Indonesia SMA silahkan anda download dibawah ini, mudah mudahan dengan adanya PTK bahasa indonesia ini anda dapat terbantu dalam memnyusun PTK.

0 komentar:

Posting Komentar