JASA ADMINISTRASI BP BK MURAH HUBUNGI KAMI DI 081222940294 DETAIL HARGA KLIK DISINI

konseling Dalam islami

konseling Dalam islami






Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini


Atau Cek FB Kami KLIK DISINI




BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang memiliki keaneka ragaman baik budaya, suku bangsa, bahasa, dan agama. Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya muslim. Seiring perkembangan zaman banyak sekolah di indonesia yang menerapkan sistem pendidikan,dan pengajaran yang sesuai dengan ajaran islam, seperti pesantren, sekolah madrasah, sekolah islam terpadu, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman belakangan ini ada kecenderungan konseling dilakukan berdasarkan pendekatan agama (islami). Dengan perkembangan sistem pendidikan yang diterapkan itulah pendekatan konseling islami menjadi salah satu alternatif pendekatan konseling yang di berikan kepada individu agar individu tersebut dapat kembali kepada fitrahnya yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits
 Sebagaimana firman Allah SWT  Dalam Al Quran 30:30
 
Artinya : “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah). agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Untuk itulah pentingnya konseling islami sebagai salah satu pendekatan konseling yang digunakan dalam membahas permasalahan konseli seperti berikut ini: Lia adalah siswi kelas XII IPA, dia anak pertama dari tiga bersaudara. Adiknya Indah pun seorang siswi kelas XII IPA. Lia dan Indah memang kaka beradik umur mereka hanya beda satu tahun. Berdasarkan hasil akademiknya Lia termasuk anak yang prestasinya cukup  baik di kelasnya, sedangkan Adiknya indah prestasinya lebih baik dari Lia dan Indah sering memenangkan berbagai perlombaan. semenjak SD hingga masuk SMA Lia dan Indah selalu sekolah di satu tempat yang sama walaupun berbeda kelas. Indah umurnya lebih muda dari Lia namun Indah bisa mengejar Lia sehingga ia bisa sama-sama sekolah di tingkat yang sama. Karena hal ini lah Lia menjadi iri dan benci terhadap indah, Lia merasa bahwa tidak adil bila adiknya lebih baik dari dia. Hal inilah yang akan di bahas dalam pendekatan konseling islami.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pendekatan Konseling Islami dalam mengentaskan masalah konseli yang memiliki pearsaan iri terhadap saudaranya?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan Konseling Islami dalam mengentaskan masalah konseli yang memiliki perasaan iri terhadap saudaranya.
D. MANFAAT
1.      Bagi  konseli
Dapat memahami dan mengerti bahwa rasa iri merupakan hal yang tidak di sukai oleh Allah SWT sebagaimana firman Allah dalam(QS. An-Nisa: 32) 
2.      Bagi Konselor / Guru BK
Menambah  pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan pendekatan Konseling Islami dalam menangani konseli serta dapat memberikan pengarahan kepada siswa yang berlandaskan Al- Qur’an dan Hadist.
3.      Bagi Orang Tua / wali
Dapat memberikan perhatian dan bimbingan khusus kepada anknya dan dapat memberi nasehat kepada anaknya bahwa rasa iri terhadap saudara sendiri bukan lah hal yang baik.
4.      Bagi wali kelas
Dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalahnya, dapat memperhatikan tingkah laku anak didiknya, dan selalu Memberikan pengarahan dan motivasi yang positif bagi siswanya.

                                           



















             BAB III
DASAR TEORI

A.    TOKOH KONSELING ISLAMI
Adapun tokoh-tokoh konseling islami adalah:
1.      Imam Magib ia mengemukakan bahwa “islamic counseling emphasize spiritual solution, based on love and fear of Allah and duty ol fulfil our responsibility as the servants of Allah on this earth
“Konseling islami menekankan pada solusi spiritual, di dasarkan pada kecintaan, rasa takut kepada Allah dan menunaikan kewajiban kita untuk memenuhi tanggung jawab sebagai Abdi(khalifah) Allah di bumi ini. “
2.      Imam Al-Ghazali (1111 M)
Beliau menguraikan dengan sangat memukau aneka penyakit jiwa dan metode penyembuhannya, menurutnya penyakit yang diderita manusia ada dua jenis, ujarnya fisik dan psikhis.kebanyakan kita sangat memperhatikan kesehatan tubuh tetapi jarang peduli dengan kesehatan jiwa. Bagaimana cara mengobati penyakit-penyakit jiwa seperti egoisme, serakah, phobia, iri hati, depresi, was-was, beliau jelaskan dalam kitabnya yang berjudul “ihya’ Ulumiddin.”
3.      Al-Hakim at-tarmidzi (898 M) dalam kitab ar-Riyadhah wa adab an-Nafs beliau terangkan kiat-kiat mendisiplinkan diri dan membentuk kepribadian luhur.
4.      Abu Thalib al-Makki (996 M)
Merupakan filusuf sufistik yang memberikan pengaruh dalam konseling islami, dalam kitab “Qut al-Qulub(nutrisi hati)”beliau menerangkan jiwa manusia sebagaimana tubuhnya membutuhkan makanan yang baik, bersih, dan bergizi. Jiwa yang tidak cukup makan pasti lemah dan mudah sakit.
B.     KONSEP DASAR
Adapun konsep dasar konseling islami yang utamanya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits seperti dalam Surat surat Al-Qamar:40
Artinya: ” Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.
 Al-Qur’an dan sunnah rasul adalah landasan ideal dan konseptual bimbingan konseling Islam.Dari kedua dasar tersebut gagasan, tujuan dan konsep-konsep bimbingan konseling Islam bersumber. Segala usaha atau perbuatan yang dilkukan manusia selalu membutuhkan adanya dasar sebagai pijakan untuk melangkah pada suatu tujuan, yakni agar orang tersebut berjalan baik dan terarah. Begitu juga dalam melaksanakan bimbingan Islam didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Hadits, baik yang mengenai ajaran memerintah atau memberi isyarat agar memberi bimbingan dan petunjuk.
 Al-Qur’an dapat menjadi sumber konseling Islami, nasehat, dan obat bagi manusia. Firman Allah surat al-Isra’ ayat 82
 
Artinya : “Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”
Menurut Tafsir Tematik Cahaya al-Qur’an, al-Qur’an merupakan mukjizat Muhammad SAW yang abadi, yang diturunkan Allah berbagai cahaya dan petunjuk. Di dalamnya terdapat obat bagi jiwa yang sakit karena penyakit hati dan penyakit kemasyarakatan, seperti akidah yang sesat dan menyingkap hati yang tertutup, sehingga menjadi obat bagi hati, seperti layaknya ramuan obat-obatan bagi kesehatan. Jika suatu kaum mau mengambil petunjuk darinya mereka akan mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan, sebaliknya jika mereka tidak mau menerimanya, maka mereka akan menyesal dan sengsara.
Konseling dalam kehidupan muslim sudah ada sejak zaman Nabi Adam dan nabi-nabi setelahnya, mereka mendapat amanah dari Allah sebagai salah satu dari berbagai tugas manusia adalah membina dan membentuk manusia yang ideal sesuai dengan fitrahnya, mengarah kepada sesuatu yang bermanfaat dan melarang dari sesuatu yang membahayakan mereka sesuai tuntutan Allah SWT.(QS Al-Fath: 8-9). Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk memberi nasehat (Konseling) kepada orang lain. Firman Allah QS. al-Ashr :
 

 
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya mentaati kesabaran.
C.    RUANG LINGKUP KONSELING ISLAMI
Adapun ruang lingkup dari konseling islami yang berkaitan dengan pemikiran para tokoh islam yang berkaitan dengan:
1. Pendidikan akademis yakni mengakui adanya perbedaan IQ tiap individu dan mengarahkan sesuai potensi yang dimiliki. Misal : hafalan, analisis & telaah, diskusi & orasi. Memulai pengajaran dari masalah-masalah baru definisi.
2. Pekerjaan yakni mengakui adanya perbedaan IQ tiap individu dan mengarahkan kepada tugasnya masing-masing sesuai minat dan bakat. Selain itu perhatian kepada interaksi dalam pekerjaan, hak dan kewajiban yang harus dipenuhi juga profesionalisme.
3. Agama dan perilaku yakni apa yang digambarkan dalam pemikiran Islam telah menunjukkan hakikat fitrah manusia itu sendiri.
4. Keluarga dan pernikahan meliputi kewajiban dan hak anggota keluarga, konsep pencegahan masalah serta terapi jika terjadi maslah di dalam keluarga.

D.    HAKIKAT DASAR
1.Manusia diciptakan dengan tujuan yang mulia yakni beribadah kepadaNya
(QS Adz-Dzaariyaat: 56).
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
2.Sifat dasar manusia adalah baik.
3.Manusia makhluk ciptaan Allah yang mulia dan terbaik (QS Al-Israa’: 70)
.
Artinya Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
4.Manusia penuh dengan kesadaran dan tanggung jawab serta bisa membedakan yang baik dan buruk.
5.Manusia memiliki titik lemah dalam dirinya yakni hawa nafsu.
6. Memiliki motivasi kuat dan potensi besar mampu mengendalikan perilaku.
7. Jiwa manusia terbagi dalam 3 keadaan yakni :
a. Jiwa yang cenderung kepada keburukan karena dikuasai oleh hawa nafsu akan duniawi (QS Yusuf: 53).
Artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
b.  Jiwa yang  menyesali diri yakni menyesali kesalahan yang diperbuat tetapi masih mudah tergoda dunia (QS Yunus : 54)
Artinya :” Dan kalau setiap diri yang zalim (muayrik) itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka membunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. Dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dianiaya.”
c. Jiwa yang tenang yang mencapai kematangan, syukur & sabar , serasi dunia-akhirat (QS Al-Fajr : 27-30).
Artinya : “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku
Berdasarkan penggolongannya Manusia dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:
1.Manusia sebagai mahluk Biologis
Manusia hidup pada dasarnya memenuhi tuntutan dan kebutuhan insting. Menurut keterangan ayat-ayat Al Qur’an potensi manusia yang relevan dengan insting ini disebut nafsu.Potensi nafsu ini berupa al hawa dan as-syahwat. Syahwat adalah dorongan seksual, kepuasan-kepuasan yang bersifat materi duniawi yang menuntut untuk selalu dipenuhi dengan cepat dan memaksakan diri serta cenderung melampau batas (Ali-Imran: 14, Al-A’raf: 80, dan An-Naml:55.). 
Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(qs ali-imran: 14)
Al Hawa adalah dorongan-dorongan tidak rasional, sangat mengagungkan kemampuan dan kepandaian diri sendiri, cenderung membenarkan segala cara, tidak adil yang terpengaruh oleh kehendak sendiri, rasa marah atau kasihan, hiba atau sedih, dendam atau benci yang berupa emosi atau sentimen. Dengan demikian orang yang selalu mengikuti al-hawa ini menyebabkan dia tersesat dari jalan Allah (An-Nisa:135, Shad: 26 dan An-Nazi’at: 40-41)
 
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.(QS: an-Nisa:135)
Ada beberapa jenis nafsu antara lain sebagai berikut:
1.      Nafsu Ammarah merupakan nafsu yang selalu mendorong untuk melakukan kesesatan dan kejahatan.
2.      Nafsu Lawwamah yaitu nafsu yang menyesal . Ketika manusia telah mengikuti dorongan nafsu amarah dengan perbuatan nyata, sesudahnya sangat memungkinkan manusia itu menyadari kekeliruannya dan membuat nafsu itu menyesal
3.      Nafsu Mutmainnah yaitu nafsu yang terkendali oleh akal dan kalbu sehingga dirahmati oleh Allah swt.. Ia akan mendorong kepada ketakwaan dalam arti mendorong kepada hal-hal yang positif
4.      Nafsu Mulhamah yaitu nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses kesucian dari sifat-sifat hati yang tercemar(seperti taubatan nasuha)
5.      Nafsu Radiyah, yaitu nafsu yang ridha kepada Allah SWT, nafsu ini sering muncul dalam bentuk-bentuk tindakan seperti selalu mensyukuri nikmat Allah SWT.
6.      Nafsu Mardiyah yaitu nafsu yang mencapai ridha Allah SWT. Keridhaan terlihat pada anugrah yang diberikan-NYA berupa senantiasa berdzikir, ikhlas, mempunyai karomah,dan memperoleh kemuliaan.
Tapi pada dasarnya ada tiga jenis nafsu yang paling pokok untuk diketahui, yaitu:
1.      Nafsu amarah , yaitu nafsu yang selalu mendorong untuk melakukan kesesatan dan kejahatan (Yusuf:53),
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (Qs. Yusuf 53)
1.      Nafsu lawwaamah, yaitu nafsu yang menyesal . Ketika manusia telah mengikuti dorongan nafsu amarah dengan perbuatan nyata, sesudahnya sangat memungkinkan manusia itu menyadari kekeliruannya dan membuat nafsu itu menyesal (QS al-Ma’idah:31),
Artinya :” Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
”(QS Al-Ma’idah:31),
2.      Nafsu muthmainnah, yaitu nafsu yang terkendali oleh akal dan kalbu sehingga dirahmati oleh Allah swt.. Ia akan mendorong kepada ketakwaan dalam arti mendorong kepada hal-hal yang positif (Al-Fajr: 27-30).       
artinya:” hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-NYA. Maka masuklah kedalam jama’ah hamba-hamba-KU. Dan masuklah kedalam surga-KU.”                                            
2. Manusia sebagai Mahluk Pribadi
Berdasarkan keterangan ayat-ayat Al Qur’an, manusia mempunyai potensi akal untuk
·         berpikir secara rasional dalam mengarahkan hidupnya ke arah maju dan berkembang (Al-Baqarah: 164, Al-Hadid:17, dan Al-Baqarah: 242),
 
Artinya:” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(QS Al-Baqarah 164)
·          memiliki kesadaran diri (as-syu’ru) (Al-Baqarah:9 dan 12 ),

Artinya: “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar”(QS Al-Baqarah 9)
Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”(QS Al-baqarah 12)
·         memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan (Fushilat: 40, Al-Kahfi: 29, dan Al-Baqarah: 256 )
 
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ”(QS Al-Baqarah 256)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(QS Fussilat 40)

Artinya: “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”(QS Al-Khafi 29)

·         serta tanggung jawab (Al-Muddatsir: 38, Al-Isra: 36, Al-Takatsur: 8 ).  


Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,(Qs Al-Mudatshir 38)

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al-Isra 36)
 
Artinya: “kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu”(QS Al-Takatsur 8)

·         Sekalipun demikian, manusia juga memiliki kondisi kecemasan dalam hidupnya sebagai ujian dari Allah yang disebut al khauf (Al-Baqarah: 155),
.
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(QS Al-Baqarah 155)
·         memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan fitrahnya kepada pribadi takwa (Ar-Ruum: 30, Al-A’raf: 172-174, Al-An’am:74-79, Ali-Imran: 185, An-Nahl: 61, dan An-Nisa: 78).
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”(QS ali imran 185)
3. Manusia sebagai mahluk sosial
Sebagai makhluk sosial, Al Qur’an menerangkan bahwa sekalipun manusia memiliki potensi fitrah yang selalu menuntut kepada aktualisasi iman dan takwa, namun manusia tidak terbebas dari pengaruh lingkungan atau merupakan agen positif yang tergantung pada pengaruh lingkungan terutama pada usia anak-anak. Oleh karena kehidupan masa anak-anak ini sangat mudah dipengaruhi, maka tanggung jawab orang tua sangat ditekankan untuk membentuk kepribadian anak secara baik (At-Tahrim: 6)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Namun demikian, setelah manusia dewasa (mukallaf), yakni ketika akal dan kalbu sudah mampu berfungsi secara penuh, maka manusia mampu mengubah berbagai pengaruh masa anak yang menjadi kepribadiannya (keputusan awal) yang dipandang tidak lagi cocok (Ar-Ra’du: 85 dan Al-Hasyr:18),
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
 Bahkan manusia mampu mempengaruhi lingkungannya (produser bagi lingkungannya) (Al-Ankabut: 7, Al-A’raf: 179, Ali-Imran: 104, Al-Ashr:3, dan At-Taubah:122).
Artinya : “Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”(qs al-A’araf 7)
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(QS Al-Araf 179)
Sebagai makhluk sosial ini pula manusia merupakan bagian dari masyarakat yang selalu membutuhkan keterlibatan menjalin hubungan dengan sesamanya, hal ini disebut dengan silaturrahmi (Al-Hujurat:13, Ar-Ra’du: 21, dan An Nisa: 1).
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS Al- Hujurat 13)
Artinya: “dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.”

E. TUJUAN KONSELING ISLAMI
1.Tujuan Umum
membantu individu menyadari jati dirinya sebagai hamba khalifah Allah, serta mampu mewujudkan dalam beramal shaleh (ibadah mahdloh/hablum minallah, dan ghoir mahdlah/hablum minannaas) dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2.Tujuan Khusus
a.membantu individu agar tidak menghadapai masalah
b.membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya
c.membantu indvidu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

F. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN KONSELING ISLAMI
Tahap-tahap dalam bimbingan dan konseling Islami adalah sebagai berikut:
1.      Meyakinkan individu akan keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, keimanan yang benar sangat penting bagi keselamatan hidupnya di dunia dan di akhirat, ada hikmah di balik musibah, ibadah dan syariat yang ditetapkan Allah.
2.      Mendorong dan membantu individu memahami dan mengamalkan ajaran agama secara benar,
3.      Mendorong dan membantu individu mamahami dan mengamalkan iman, islam, dan ihsan.
Peran utama konselor dalam konseling dengan pendekatan ini adalah sebagai “pengingat”, yaitu sebagai orang yang mengingatkan individu yang dibimbing dengan cara Allah. Dikatakan mengingatkan sebab:
a.       Pada dasarnya individu telah memiliki iman, jika iman yang ada pada individu tidak tumbuh maka tidak berfungsi dengan baik
b.      Allah telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa kitab suci sebagai pedoman hidup, jika ada individu yang mengalami kebingungan diduga mereka belum memahami petunjuk itu. Oleh sebab itu, bagi mukmin yang memiliki keahlian (konselor) berkewajiban untuk mengingatnya.
F.  KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENDEKATAN KONSELING    ISLAMI
Pendekatan konseling islami ini mempunyai kelebihan di bandingkan pendekatan lain sebagai berikut:
Kelebihan konseling islami:
1.      Konseling islami memiliki tujuan yang mengarahkan individu kepada ketenangan,kebahagian, dan  keridhaan Allah SWT.
2.      Konseling islami tidak hanya menyelesaikan masalah yang di hadapi individu tetapi juga mengarahkan individu kembali kepada fitrahnya.
3.      System konseling Islam di mulai dari mengarahkan kepada kesadaran nurani dan membaca ayat-ayat Allah.
Kekurangan konseling islami:
1.      Tidak semua konseli yang datang beragama muslim
2.      Pendekatan ini hanya dapat diberikan kepada konseli yang beragama islam.
3.      Konseling islami belum bisa diterapkan secara menyeluruh karena sikap fanatic terhadap konseling barat masih ada.
4.      Keterbatasan kemampuan konselor, dimana konseling islami membutuhkan seorang konselor yang mampu memahami al-qur’an dan hadist, serta wawasan ilmu mengenai islam secara lebih mendalam.

E.     ASPEK-ASPEK DALAM KONSELING ISLAMI

1.      Aspek Preventif
Penjagaan individu dari guncangan jiwa dan membentengi dari penyimpangan. (QS Al-Bayyinah: 5, An-Nuur: 30).
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”(QS Al-Bayyinah:5)
Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat"(QS An-nur 30)
2.      Aspek Perkembangan
Pembentukan kepribadian muslim yang optimis, mengenli potensi serta produktif. (QS An-Nisaa: 58)
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”(QS An-Nissa 58)
3.      Aspek Terapi
Pembebasan individu dari kegelisahannya dan membantu memecahkan masalahnya.


F.     METODE KONSELING ISLAMI
1. Metode Keteladanan
Yakni meneladani Rasulullah SAW. (QS Al-Ahzab: 21)
Artinya: . Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
2. Metode Penyadaran
Menggunakan ungkapan nasihat, janji & ancaman. (Al-Hajj: 1-2)
Artinya Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).

Artinya : (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.
3. Metode Penalaran Logis
Dialog dengan akal dan perasaan individu. (Al-Hujuraat : 12)
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari  prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian dari kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha penerima Taubat lagi Maha penyayang”
4. Metode Kisah
Kisah nabi, rasul dan orang-orang shalih yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits.salah satunya adalah kisah nabi Yusuf As.
 Nabi Yusuf adalah putera ke tujuh daripada dua belas putera-puteri Nabi Ya'qub. Ia dengan adiknya yang bernama Benyamin adalah beribukan Rahil, saudara sepupu Nabi Ya'qub. Ia dikurniakan Allah rupa yang bagus, paras tampan dan tubuh yang tegap yang menjadikan idaman setiap wanita dan kenangan gadis-gadis remaja. Ia adalah anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan saudara- saudaranya yang lain, terutamanya setelah ditinggalkan iaitu wafatnya ibu kandungnya Rahil semasa ia masih berusia dua belas tahun.
Perlakuan yang diskriminatif dari Nabi Ya'qub terhadap anak-anaknya telah menimbulkan rasa iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang merasakan bahawa mereka dianak-tirikan oleh ayahnya yang tidak adil sesama anak, memanjakan Yusuf lebih daripada yang lain.Rasa jengkel mereka terhadap kepada ayahnya dan iri-hati terhadap Yusuf membangkitkan rasa setia kawan antara saudara-saudara Yusuf, persatuan dan rasa persaudaraan yang akrab di antara mereka. Kisah Nabi Yusuf terdapat dalam satu surah penuh yang juga bernama surah Yusuf. Disebutkan bahawa sebab turunnya surah Yusuf adalah kerana orang-orang Yahudi meminta kepada Rasulullah saw untuk menceritakan kepada mereka kisah Nabi Yusuf. Kisah Nabi Yusuf telah mengalami perubahan pada sebahagiannya dan terdapat penambahan pada sebahagiannya. Lalu Allah s.w.t menurunkan satu surah penuh yang secara terperinci menceritakan kisah Nabi Yusuf.

G.    Azas yang Menjadi Landasan Filosofis dan Operasional dari Layanan Bimbingan dan Konseling Islami.
Asas konseling Islami berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Nabi di tambah berbagai landasan filosofis dan landasan keimanan, yaitu :
1.      Azas tauhid rububiyyah dan uluhiyyah
Konselor dalam membantu konseli hendaknya mampu membangkitkan potensi “iman” konseli, dan harus dihindari mendorong konseli kearah “kemusyrikan”.
2.      Azas penyerahan diri, tunduk dan tawakal kepada Allah SWT.
Layanan bimbingan hendaknya menyadarkan konseli bahwa disamping berusaha maksimal disertai dengan doa, juga harus menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah SWT.
3.      Azas syukur
Layanan bimbingan hendaknya didingatkan bahwa kesuksesan usaha adalah atas pertolongan dan idzin Allah,  oleh sebab itu masing-masing pihak (koseli dan konselor) harus bersyukur atas sukses yang dicapai. 
4.      Azas sabar
Pembimbing bersama-sama konseli dalam melaksanakan upaya perbaikan dan atau pengembangan diri harus sabara dalam melaksanakan tuntunan Allah, dan menunggu hasilnya sesuai izin Allah.
5.      Azas hidayah Allah
Kesuksesan dalam membimbing pada dasarnya tidak sepenihnya hasi upaya pembimbing bersama konseli, tetapi adasebagian yang masih tergantungpada hidayah Allah.
6.      Azas dzikrullah
Guna memelihara hasil bimbingan agar lebih istiqamah, seyogianya konseli banyak mengingat Allah baik dalam hati, dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
7.      Asas kebahagiaan dunia dan akhirat
Tujuan konseling Islami adalah membantu klien mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan setiap manusia.
8.      Asas fitrah
konseling Islami merupakan bantuan kepada klien yang mengenal, memahami, dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak dan tingkah laku serta tindakkannya berjalan dengan fitrah. Fitrah tersebut. Manusia menurut Islam dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensi bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam.
9.      Asas “lillahi Ta’ala”
konseling Islami ini dilaksanakan semata-mata karena Allah SWT. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugas dengan penuh keikhlasan. Klienpun menerima, meminta konseling dengan ikhlas dan rela pula karena semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan karena untuk pengabdian kepada Allah SWT semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya.Firman Allah surat al-Bayinah ayat 5
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”
10.  Asas bimbingan seumur hidup
konseling merupakan bagian dari komponen pendidikan. Oleh karena itu, pemberian layanan konseling dilakukan sepanjang hidup manusia. Manusia yang hidup di dunia tidak ada yang selalu bahagia kadang kala dalam kehidupan ini akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Untuk itu di perlukan konseling Islami yang diharapkan bisa mengatasi semua permasalahan hidup sepanjang hayat.
11.  Asas kesatuan jasmani-rohani
konseling Islami memandang manusia sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah tidak memandang sebagai makhuk jasmaniah semata. Untuk itu konseling Islami membantu individu untuk hidup seimbang jasmaniah dan rohaniah.
12.  Asas keseimbangan rohani
Allah telah memuliakan manusia dengan kelebihan-kelebihan atau keutamaan-keutamaan yang tidak diberikan kepada makhuk lain selain manusia.
13.  Asas kemaujudan individu
konseling Islami melihat kepada citra manusia menurut Islam. Seseorang melihat eksistensi tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan kemerdekaan pribadi.
14.  Asas sosialitas manusia
Manusia merupakan makhluk social. Hal ini di akui dan diperhatikan dalam konseling Islami. Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, merupakan aspek-aspek yang diperhatikan dalam konseling Islami. Dalam konseling Islami, sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu dalam batas tanggung jawab sosial.
15.  Asas kekhalifahan manusia
Manusia menurut pandangan Islam diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar, yakni mengelola alam, semesta dengan kata lain, manusia di pandang makhluk yang berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Firman Allah surat Fathir ayat 39 Sesungguhnya Dia
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
16.  Asas keselarasan dan keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian, dalam segala segi. Dengan kata lain, Allah menginginkan manusia berlaku adil terhadap diri sendiri, alam semesta, dan juga kepada Allah SWT.
17.  Asas pembinaan akhlakul karimah
konseling Islami membantu klien atau yang dibimbing memelihara, mengembangkan sifat-sifat yang baik sejalan dengan tugas dan fungsi Rasulullah di utus oleh Allah SWT.
18.  Asas kasih sayang
Setiap manusia memerlukan cinta, kasih saying dan rasa saying dari orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. konseling Islami dilakukan dengan berlandasan kasih sayang, sebab dengan kasih saying pemberian konseling akan menyentuh hati dan tujuan akan cepat tercapai.
19.  Asas musyawarah
konseling Islami dilakukan dengan asas musyawarah artinya antara pembimbing dengan yang di bimbing terjadi dialog yang baik, satu sama lain tidak mendiktekan, tidak ada rasa tertekan dan terbuka dalam berpendapat.
J. PRINSIP-PRINSIP KONSELING ISLAMI
Anwar Sutoyo (2007 : 210-216) mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling islami sebagai berikut:
a.    Prinsip dasar konseling
1)   Manusia ada di dunia ini bukan ada dengan sendirinya, tetapi ada yang menciptakan yaitu Allah SWT, Ada hukum-hukum dan ketentuan Allah (sunatullah) yang pasti berlaku untuk semua manusia sepanjang masa.
2)   Manusia adalah hamba allah yang harus selalu beribadah kepada-Nya sepanjang hayat.
3)  Allah menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia melaksanakan amanah dalam bidang keahlian masin-masing sesuai ketentuan-Nya (khalifah fil ardh).
4)   Manusia sejak lahir dilengkapi dengan fitrah jasmani, rohani, nafs, dan iman.
5)   Iman perlu dirawat agar tumbuh subur dan kokoh, yaitu dengan selalu memahami dan mentaati aturan Allah.
6)   Islam mengakui bahwa pada diri manusia ada sejumlah dorongan yang perlu dipenuhi, tetapi dalam pemenuhanya diatur sesuai dengan tuntunan Allah.
7)   Bahwa dalam membimbing individu seyogianya diarahkan agar individu secara bertahap mampu membimbing dirinya sendiri, karena rujukan utama dalam membimbing adalah agama, maka dalam membimg individu seyogianya dibantu agar secara bertahap mereka mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama secara benar
8)   Islama mengajarkan agar umatnya saling menasehati dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.
b.    Prinsip yang berhubungan dengan konselor
1)Konselor dipilih atas dasar kualifikasi keimanan, ketaqwaan, pengetahuan (tentang konseling dan syar’at islam), ketrampilan dan pendidikan.
2) Ada peluang bagi konselor untuk membantu individu mengembangkan dan atau kembali kepada fitrahnya.
3) Ada tuntutan Allah agar pembimbing mampu menjadi teladan yang baik bagi individu yang dibimbingnya.
4) Ada keterbatasan pada diri konselor untuk mengetahui hal-hal yang gaib, sebagaimana dalam QS, al-an’am : 50,

Artinya: Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"(QS Al-An’am 50)
Dan pada surah Hud: 31
Artinya:” Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.”(QS Hud 31)
5) Konselor harus menhormati dan memelihara informasi berkenaan dengan rahasia mengenai individu yang dibimbingnya.
6) Dalam merujuk ayat-ayat Al-Quran, konselor harus menggunakan penafsiran para ahli.
7) Dalam mengahadapi hal-hal yang konselor sendiri kurang memahami, seyogianya ditanyakan atau diserahkan kepada orang lain yang dipandang lebih ahli.
c.    Prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing
1) Dalam membimbing individu perlu  dimantabkan kembali hakekat “laa ilaha illallah”, dan konsekuensi ucapan “Ashadu alla ilaha illallah”.
2) Kehidupan individu secara pribadi maupun keseluruhan pasti berakhir dalam waktu yang tidak diketahui, setiap orang akan diperhitungkan amalanya dan mendapat balasannya.
3) Akal dan hati nurani manusia adalah potensi penting bagi kehidupan yang sehat bagi individu.
4)Manusia ada bukan ada dengan sendirinya, tetapi ada yang mengadakan yaitu Allah lantaran kedua orang tua.
5)Ada tujuan penciptaan manusia yaitu sebagai khalifah Allah dan sekaligus beribadah kepada-Nya.
6)Ada tujuan Allah menciptakan setiap bagian organ tubuh manusia.
7)Pembawaan manusia sejak lahir adalah bersih, suci dan cenderung kehal-hal yang positif.
d.   Prinsip yang berhubungan dengan layanan konseling
1) Ada perbedaan kewajiban dan tanggung jawab individu dihadapan Allah SWT.
2) Ada hal-hal yang diciptakan Allah secara langsung (kun fa yakun), tetapi adapula yang melalui sebab-sebab tertentu.
3) Ada hikmah dibalik ibadah dan syari’ah yang ditetapkan Allah untuk manusia.
4) Ada hikmah dibalik hal-hal yang kadang tidak disukai manusia, kewajiban manusia adalah menerima dengan iklas sambil melakukan koreksi diri dan mohon petunjuk Ilahi.
5)Musibah yang menimpa individu tidak selalu dimaknai sebagai hukuman, tetapi mungkin saja peringatan atau ujian dari Allah untuk meningkatkan ketakwaan seseorang.

0 komentar:

Posting Komentar